nurul wardah
     Pokok utama kerasulan Nabi Muhammad SAW adalah menyempurnakan akhlak yang mulia. Setiap muslim diwajibkan untuk memelihara norma-norma (agama) dimasyarakat terutama didalam pergaulan sehari-hari baik keluarga, kerabat tetangga dan lingkungan masyarakat. Karena manusia manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bermasyarakat.
    Tolong-menolong untuk kebaikan dan takwa kepada Allah adalah pentintah Allah, yang dapat ditarik hukum wajib kepada setiap kaum muslimin dengan cara yang sesuai dengan keadaan orang yang bersangkutan, Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-maidah ayat 2 yang artinya :  “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-nya, dan binatang-binatang qalaa-i, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum Karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”



    Kewajiban muslim terhadap muslim yang lain disabdakan Rasulullah yang diriwayatkan Al-Bukhari dari Abu Hurairah yang artinya :
    “Kewajiban seorang muslim terhadap muslim ada 6 yaitu: ‘apabila engkau berjumpa dengannya ucapkanlah salam kepadanya, apabila ia mengundang engkau, hendaklah engkau menepatinya, apabila ia minta nasihat kepada engkau hendaklah engkau menasihatinya. Apabila ia bersin kemudian ia mengucapkan hamdallah hendaklah engkau ucapkan tasymith (yaharmukallah/yahamukillah), apabila ia sakit hendaklah engkau menjenguknya, dan apabila ia meninggal dunia hendaklah melayatnya dan mengantarnya kepe-makamannya.”
    Ada 9 yang menjadi patokan, gagasan dan pedoman daripada norma-norma yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan bagi muslim dalam pergaulan di masyarakat :

a.    Tata cara berbahasa
Di dalam Islam ada pribahasa yang menyatakan “ bahasa menunjukkan taqwa”. Umat Islam di dalam pergaulan hidup masyarakat harus dapat berbahasa dengan bahasa yang sopan, yang menarik, sesuai bakat, latihan dan kemampuan. Penggunaan bahasa bermacam-macam, seperti pada anak-anak, remaja atau pun dewasa.
Allah SWT memerintahkan kita untuk berkata-kata yang baik, karena inilah aturan dasar dalam berbicara dengan orang lain. Allah berfirman: “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka. Sesungguhya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia’.”(QS. Al-Isra’:53)
Dengan menggunakan kata-kata yang baik, akan mengubah musuh menjadi teman yang baik dan mengubah kedengkian menjadi cinta dan kasih sayang. Jika Anda tahu ada orang-orang yang berkata-kata tidak baik tentang diri Anda, kemudian Anda membalasnya dengan kata-kata baik, maka mereka akan mengerti kadar diri Anda dan mereka akan menghormati sikap maaf anda. Orang yang memusuhi anda akan berubah seketika menjadi teman yang baik.
Kata-kata yang baik juga dapat melindungi kita dari api neraka. Sabda Nabi yang artinya: “Hindarilah api neraka, walaupun dengan (mendermakan) sepotong kurma. Jika kalian tidak menemukannya, maka dengan berkata-kata baik.”(HR. Bukhari dan Muslim).

b.    Tata cara salam
Setiap masyarakat, agama atau bangsa memiliki tata cara memberi salam, sebagaimana juga dengan Islam. Salam telah menempati kedudukan sendiri dalam islam, karena dengan salam atau pun berkirim salam dapat menumbuhkan cinta dan kasih sayang antara sesama.Seperti sabda Rasulullah SAW yang artinya : “ kalian tidak akan masuk surga, kecuali dengan beriman. Kalian tidak akan beriman, kecuali dengan saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu yang jika kalian lakukan, maka kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian!”(H.R. Muslim)
Kadang kala, dalam islam dilarang mengucapkan salam atau membalasnya, seperti melarang ucapan salam kepada pelaku maksiat agar dia berhenti dari perbuatan maksiatnya.
Salam adalah anjuran bagi orang yang hidup di masyarakat atau dirumah sendiri. Dalam agama Islam bentuk ucapan salamnya yaitu: Assalamu’alaikum atau Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh. Dan siapa yang memberi salam, bagi yang diberi wajib untuk menjawab salam tersebut. Seperti firman Allah dalam surah an-Nisa 86 yang artinya: "Apabila kamu dihormati dengan penghormatan, maka balaslah dengan yang lebih baik atau dengan yang serupa".

c.    Tata cara makan dan minum
Seorang muslim hendaknya makan dan minum secukupnya. Makan dan minum bukan sekedar untuk sekedar memenuhi nafsu, melainkan dapat dijadikan sarana untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Dengan demikian, kita dapat meraih kemuliaan dan kebahagiaan di akhirat. Makanan dan minuman yang dikonsumsi harus halal, tidak haram dan tidak syubhat. Jangan makan berlebihan guna menjaga kesehatan tubuh. Ada baiknya jika seorang muslim makan sesuai kebutuhannya (tidak berlebihan). Seorang muslim harus mengetahui tata cara makan yang baik seperti yang telah diatur islam.
1.    Sebelum Makan:
•    Hendaknya mencuci tangan terlebih dahulu.
•    Hendaknya meletakkan makanan pada lantai, tidak di atas meja makan karena hal ini menunjukkan ketawadukan, sejalan dengan hadis yang artinya " Rasulullah shalallahu alaihi wassalam tidak pernah makan di atas 'khawan' dan tidak pula pada 'sakrajah' (semacam meja makan) (H.R al Bukhari)
•    Hendaknya duduk dengan kaki kanan di atas kaki kiri. Makan tidak boleh sambil bersandar, berjalan, dan tidur-tiduran. Sebagaimana yang telah diterangkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam
•    "Aku tidak makan sambil bersandar. Sesungguhnya aku ini seorang hamba yang makan seperti makannya seorang budak, dan aku duduk sebagaimana budak duduk" (H.R al bukhari dari Abi juhaifah)
•     Makan apa adanya. Tidak boleh mencela makanan. Walaupun makanan kurang enak, sebaiknya tidak diucapkan langsung untuk menjaga hati pemasaknya. Jika perlu untuk perbaikan, pilihlah waktu yang tepat untuk mengutarakannya. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah : "Rasulullah shalallahu alaihi wassalam sama sekali tidak pernah mencela makanan. Jika dia memang menyenanginya, dia memakannya, dan jika tidak, dia meninggalkannya (tidak memakannya)" (H.R. al Bukhari)
•     Hendaknya makan berjamaah dengan orang lain, dengan tamu, dengan anak, atau dengan pembantu. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda : "berjamaahlah bila kamu makan, maka kamu akan diberkahi padanya" (H.R Abu Dawud)
2.    Ketika makan :
•    Hendaknya memulai dengan membaca Bismillahirrah maanirrahiim
•    Hendaknya makan dengan tiga jari tangan kanan, memperkecil genggaman, memperbaiki kunyahan, kemudian hendaknya memakan makanan yang paling dekat, bukan dari yang ada di tengah tengah hidangan.
•     Bila sebagian makanan jatuh, buanglah kotorannya, kemudian makanlah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam : "Bila makanan salah seorang di antara kalian jatuh, maka ambillah, dan bersihkanlah kotorannya, lalu makanlah, tidak dibiarkannya untuk setan" (H.R Muslim)
•    Dilarang meniup makanan yang masih panas, dilarang memakannya sebelum makanan itu dingin.
•     Sunah memulai makan dari pinggir piring menuju ke tengah, karena berkah makanan terletak di tengah (H.R. al Bukhari, Nasa'i, & Ibnu Majah)
•    Jangan memotong daging dengan pisau ketika makan. Hal itu adalah budaya orang asing. Sebaiknya digigit dengan gigi (H.R Abu Dawud & Baihaqi)
•     Dilarang melirik kepada orang yang sedang makan. Jangan memperhatikannya karena dengan memperhatikannya membuat mereka malu.
3. Setelah Makan :
•    Berhenti makan sebelum kenyang sehingga tidak terjadi kekenyangan yang berlebihan. Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda : "Tidaklah patut seorang Anak adam memenuhi tempat buruknya dari perutnya lebih dari secukupnya untuk seorang anak adam, yaitu beberapa genggaman yang dapat menegakkan tulang punggungnya, jika tidak sepertiganya untuk makanan, sepertiganya lagi untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk bernafas. (H.R Ahmad, Ibnu Majah, dan Hakim )
•     Menjilati piring dengan menggunakan jari tangan, kemudian menjilati jari tangannya sebelum membersihkan dengan sapu tangan atau sebelum mencucinya dengan air. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda :
•    "Jika salah seorang di antara kamu makan makanan, janganlah membersihkan jari jemarinya sebelum menjilati atau dijilatinya terlebih dahulu" (H.R Abu Dawud & at-Timizi)
•     Hendaknya membersihkan gigi dan berkumur kumur untuk membersihkan mulut
•     Hendaknya mengucapkan Alhamdulillah

d.    Tata cara di majelis pertemuan
Tata caranya yaitu masuk harus memberi salam, kemudian duduk ditempat yang telah disediakan, menyalami teman yang didekat kita, jangan sekali-kali menggeser tempat duduk milik orang lain. Ketika ingin meninggalkan tempat minta izin terlebih dahulu.
e.    Tata cara minta ijin masuk
Aturan Islam bagi seseorang yang ingin masuk rumah orang lain, maka diawali dengan mengucapkan salam. Apabila tidak, lebih baik kembali. Ketika mengetuk pintu dilakukan secara wajar, lalu menyatakan nama diri. Saat pintu sudah dibuka tidak boleh berdiri tepat ditengah-tengah pintu

f.    Tata cara memberi ucapan selamat
Dalam Islam ada 7 munasabah ketika mengucapkan “ucapan selamat”, yaitu :
•    Dalam rangka acara pernikahan
•    Dalam rangka kelahiran seorang bayi kepada ibunya
•    Kembalinya seorang musafir (yang bepergian)
•    Pulangnya seseorang dari jihad
•    Sekembalinya dari haji
•    Pada hari raya idul fitri dan idul adha
•    Ketika seseorang mendapat kenikmatan tertentu seperti kenaikan pangkat, mendapat hadiah apa saja  yang membuat seseorang merasakan kebahagiaan.

g.    Tata cara berkelakar/bercanda
Ada 3 syarat diperbolehkan bercanda:
    Tidak boleh berlih-lebihan sehingga menjadikan lupa keada Allah SWT.
    Tidak boleh berkelakar sehingga menyakiti baik yang bersifat atau pun rohaniah seperti ucapan hinaan.
    Tidak bersifat dusta atau penipuan dan kata-kata kotor.

h.    Tata cara menjenguk orang sakit
Seseorang yang hidup dimasyarakat, mau mengunjungi tetangganya yang sakit adalah suatu tindakan yang sangat terpuji. Ada pahala yang besar dalam perbuatan yang mulia ini dan menjenguk orang sakit sangat dianjurkan. Sentuhannya dihati sangat terasa. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa menjenguk orang sakit, maka ia akan selalu berada dalam kebun surga.” Orang-orang bertanya, “wahai rasulullah, apa yang dimaksud dengan kebun surga itu?” rasulullah menjawab, “Buah-buahnya.”(HR.Muslim) Namun ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengunjungi orang sakit, seperti:
    Segera mungkin setelah ada orang sakit.
    Mengucapkan dengan kata-kata yang meringankan beban batin orang yang sakit.
    Ajarkan do’a peringan perih pada bagian tubuh.
    Mendo’akan secara khusus bagi sisakit ketika masuk.
    Duduk agak dekat dengan kepala sisakit.
    Bila sudah gawat, ajari sisakit dengan kalimat tauhit dan bacaan surat yasin.
    Memakai pakaian yang layak, sopan, dan tidak mengundang syahwat.
    Memberikan bantuan jika dibutuhkan.
    Tidak mengganggu pasien dan penunggunya di rumah sakit atau klinik.
    Jangan berkunjung jika yang sakit sedang tidur atau istirahat.
    Mendoakan si sakit agar cepat lekas sembuh.
    Niat berkunjung dengan ikhlas dan dengan itikad yang baik pula.
    Tidak membawa makanan yang dilarang bagi si sakit.
    Tidak menakut-nakuti yang sedang sakit akan penyakit yang diderita.
    Memberinya nasihat yang baik, di antaranya nasihat untuk bersabar, berbaik sangka kepada Allah Swt., dan menasihatinya agar selalu mengharapkan ridha dan kasih sayang-Nya.
kita menengok orang yang sakitnya sudah parah dan tinggal menunggu sakaratul maut saja. Jika demikian, ada abad-adab lain yang harus kita perhatikan, di antaranya sebagai berikut.
1.    Menghadapkannya ke kiblat sekiranya si sakit akan mengakhiri hidupnya.
2.    Menalqinkannya dengan kalimat lâ ilâha ilallâhu. Apabila orang yang kita kunjungi sedang sekarat dan dia seorang muslim, ada baiknya kita bantu mengingatkan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Rasulullah saw. pernah bersabda, ”Talqinkanlah orang yang akan meninggal di antara kamu dengan lâ ilâha ilallâhu.” (HR Muslim)
3.    Membacakan Al Qur’an surat Yâsîn. Rasulullah saw. bersabda, ”Bacakan surat Yâsîn olehmu kepada orang yang tengah sakit keras.” (HR Abu Dawud dan An Nasa’i).
4.    Meminta berdoa kepada yang hadir untuk si sakit.
5.    Membangkitkan semangat dan harapan positif.
6.    Mendampinginya.
7.    Memberinya air minum.
Beberapa hadits menyebutkan bahwa setiap kali mengunjungi sahabatnya yang tengah sakit, Rasulullah saw. senantiasa membacakan doa untuknya. Berikut ini beberapa di antara doa yang beliau contohkan saat menjenguk orang sakit.
1.    Aisyah berkata, “Jika Rasulullah saw. mendatangi salah seorang keluarganya yang tengah sakit, beliau akan mengusap-usap si sakit dengan tangan kanannya sambil membaca doa, ‘Allahuma Rabbanâ adz hibil ba’sa isyfi Anta syâfi’ la syifâ’an illâ syifâuka, syifâ’an lâ yughâdiru saqaman; Ya Allah, Tuhan sekalian manusia, hilangkanlah segala penyakit, sembuhkanlah, hanya Engkau yang dapat menyembuhkan, tiada kesembuhan kecuali (kesembuhan) dari-Mu, sembuh yang tidak dihinggapi penyakit lagi’.” (HR Bukhari dan Muslim)
2.    Abu Abdillah bin Abil Ash pernah mengeluhkan penyakit yang dideritanya kepada Rasulullah saw. Beliau kemudian berkata kepada Abu Abdillah, “Letakkanlah tanganmu di tempat yang sakit, lalu bacalah basmallah (tiga kali), kemudian bacalah, ‘A’ûdzu bi izzatillâhi wa qudratihi min syarri mâ ajidu wa uhâ dzîru’(tujuh kali); Aku berlindung pada kemuliaan dan kekuasaan Allah dari bahaya yang aku rasakan dan aku khawatirkan’.” (HR Muslim)
1.    Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Ketika Rasulullah saw. menjengukku, beliau berdoa, ‘Allahumma syâfi’ Sa’da, Allahumma syâfi’ Sa’da, Allahumma syâfi’ Sa’da’; Ya Allah, sembuhkanlah Sa’ad; ya Allah, sembuhkanlah Sa’ad; ya Allah, sembuhkanlah Sa’ad’.” (HR Muslim)
2.    Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Barang siapa menjenguk orang sakit yang belum sampai tiba ajalnya, lalu membacakan kepada si sakit doa ini tujuh kali, pasti Allah akan menyembuhkan penyakit si sakit itu.
3.    Ibnu Abbas berkata bahwasanya Rasulullah saw. pernah menjenguk seorang Arab gunung (Badui). Seperti biasanya, setiap kali Rasulullah saw. menjenguk orang sakit, beliau berkata, “La ba’sa, thahûrun insya Allah; Tidak apa-apa. Semoga penyakit ini menjadi pembersih dari dosa-dosa, insya Allah.” (HR Bukhari).

i.    Tata cara ta’ziah
Kematian adalah musibah yang paling besar. Allah berfirman: “maka mereka tertimpa musibah kematian.” (QS. Al-Ma’idah: 106).  Orang ditinggal meninggal oleh salah satu keluarganya hendaknya dihibur dengan mendampinginya saat kejadian itu. Ketika itu kita menghiburnya dengan kata-kata yang meringankan kesedihannya., yang demikian itu dapat mengingatkannya kepada Allah SWT.
Ta’ziah adalah menghibur orang-orang yang sedang terkena musibah, memenuhi kebutuhannya dan membimbing mereka jika mereka memnutuhkannya. Dan ta’ziah tidak dibatasi hanya tiga hari. Karena itu tergantung keluarga yang sedang berduka. Jika keluarga itu memang harus dikunjungi meskipun setelah 3 hari, maka kunjungilah. Namun jika kunjungan yang setelah tiga hari itu menambah kesedihan keluarga itu, maka lebih baik ta’ziah jangan dilakukan.
Menurut ajaran islam tata cara ta’ziah adalah :
    Menghibur keluarga yang sedang berduka dan memberi bimbingan jika ia membutuhkannya.
    Memberi makan keluarga yang kena musibah
    Menunjukan rasa belasungkawa
    Berikan nasehat yang baik.

referensi :
Al-'Adawy Musthafa.Fikih Akhlak.2005.Jakarta:Qisthi Press
Mustofa, A.Drs.H.Akhlak Tasawuf.2010. Bandung: Pustaka Setia
Amin, Ahmad.PROF.DR.Etika (ilmu akhlak).1995.Jakarta: Bulan Bintang
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&view=article&id=18:qlaa-kalaa..
http://falah-kharisma.blogspot.com/2012/12/cara-makan-yang-benar-menurut-islam.html
http://syaamilquran.com/adab-adab-menjenguk-orang-sakit.html


0 Responses

Posting Komentar