nurul wardah


Tugas Terstruktur                                                                    Dosen Pengampu
Psikologi Sosial                                                                       Ricca Anggraini, S.Psi.Ma


PERILAKU KENEK SUPERBEN DI SIMPANG 4
PANAM PEKANBARU








DISUSUN OLEH :
AGNI DESWANDI
AKUNDRA
AZASRIP
NURUL WARDAH



FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SUSUKA RIAU
PEKANBARU
2013

A.   Latar Belakang Kasus

Zaman sekarang, semakin pesatnya perkembangan alat transportasi yang dapat mempermudah manusia untuk pergi dari kota yang satu ke kota yang lain, dari propinsi yang satu ke propinsi yang lain dan bahkan dari satu negara ke negara yang lain. Pesatnya perkembangan alat transportasi itu meliputi bertambah banyak nya jumlah angkutan umum dan semakin banyaknya jenis atau macamnya.
Jenis alat transportasi itu pun sangat beraneka ragam, terutama di indonesia.  Karena luasnya daerah, banyak nya pulau dan propinsi maka alat transportasi nya semakin banyak jenisnya. Karena sebagian besar alat transportasi diberbagai propinsi itu berbeda-beda. Seperti bajaj yang ada di Ibu Kota Jakarta yang tidak kita jumpai di Pekanbaru.
Alat transportasi atau angkutan umum khususnya di Pekanbaru sangat banyak jenis nya. Ada becak, taxi, oplet, bus kota, sperben, ojek dan lain-lain. Semua angkutan umum itu tentu sangat mempermudah kita untuk pergi ketempat yang kita inginkan. Dan semua angkutan umum tentu saja sangat membutuhkan penumpang, karena menjadi supir angkot atau kenek nya merupakan pekerjaan mereka untuk mendapat kan uang yang berguna untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dan untuk memberi nafkah istri dan anak-anak mereka. Semakin banyak penumpang maka mereka pun akan semakin untung.
Beda angkutan umumnya, beda supirnya, maka beda pula perilaku dan pelayanannya terhadap masing-masing penumpang. Pada penelitian atau observasi ini kami tertarik untuk mengamati perilaku kenek sperben yang ada di simpang 4 panam pekanbaru. Sperben yang ada di simpang 4 panam ini tidak memiliki loket. Mereka parkir begitu saja disimpang 4 panam tersebut dan kenek nya yang betugas berkeliaran mencari penumpang. Perilaku kenek ini berbeda dengan kenek angkutan umum yang lainnya. Mereka tidak hanya diam menunggu penumpang di sperben, tetapi mereka berkeliaran dijalan raya simpang 4 panam. Ada yang hanya jalan mondar-mandir, ada yang lari-lari, dan bahkan ada yang berebut penumpang. Mereka tidak akan berhenti berperilaku seperti itu sebelum sperben nya penuh terisi penumpang. Begitulah setiap hari yang mereka lakukan disimpang 4 panam.



  1. Analisis
Melalui observasi perilaku kenek sperben di simpang 4 panam, kita dapat memberikan penilaian terhadap perilaku kenek dan dapat mengetahui latar belakang, penyebab dan bahkan tujuan kenapa kenek tersebut berperilaku seperti itu. Sehingga dengan mengetahui itu semua, kita bisa tahu bagaimana sifat yang dimiliki oleh kenek itu. 
Berdasarkan perilaku kenek di dalam video, kita dapat mengetahui karakteristik nya dengan memahami alasan dibalik perilaku kenek sperben itu. Kenek sperben berperilaku seperti itu agar mendapatkan penumpang yang banyak dan sperbennya penuh dengan penumpang. Perilaku tersebut termasuk atribusi internal dilakukan karena adanya motif atau dorongan dari kenek superben guna mencapai tujuan. Yang mana, tujuan yang ingin mereka capai yaitu mendapatkan penumpang yang banyak dan keuntungan berupa uang yang didapat dari memperoleh penumpang (the direction of behavior) yang banyak.
Perilaku kenek sperben itu termasuk juga atribusi eksternal. Ada beberapa faktor eksternal yang mengharuskan ia berperilaku seperti itu. Pertama, sebagian besar kenek itu sudah menikah dan ia sebagai kepala rumah tangga dituntut mencari nafkah. Dengan menjadi kenek itulah ia memperoleh uang untuk menafkahi istri dan anak-anaknya. Kedua, adanya tuntutan target setoran perharinya dari orang yang punya sperben, sehingga kenek harus sebanyak mungkin mencari penumpang agar dapat memberi setoran kepada yang punya sperben sesuai dengan target yang telah ditetapkan atau yang disepakati. Dan yang ketiga, semakin banyak nya jumlah sperben sehingga mereka harus bersaing dalam mendapatkan penumpang. Seperti yang dilakukan kenek sperben itu, mereka selalu mondar-mandir, mencari dan memanggil-manggil penumpang. Jika ada penumpang meeka pun terkadang langsung menyerbu penumpang dan masing-masing kenek merayu-rayu penumpang agar masuk ke sperben mereka.  
Jika dipandang dari teori sikap, perilaku kenek sperben ini sesuai dengan teori insentif yang menyatakan bahwa seseorang mengambil sikap yang memaksimalkan keuntungan. Menurut teori ini, manusia dalam bersikap itu ada untung dan ruginya, namun manusia lebih cenderung memaksimalkan keuntungannya dan meminimalkan kerugiannya. Sehingga para kenek sperben ini pun berusaha mencari sebanyak mungkin penumpang. Karena semakin banyak penumpang, maka mereka akan semakin untung. Untung yang mereka peroleh yaitu berupa uang tunai yang sangat berguna untuk mereka.

Para kenek sperben berperilaku seperti itu setiap harinya dalam mencari penumpang di simpang 4 panam itu. Karena perilaku seperti itu selalu dilakukan berulang-ulang kali sehingga perilaku itu menjadi sifat yang menetap dalam dirinya atau menjadi karakteristik dari kenek sperben tersebut. Komentar seorang bapak yang merupakan salah seorang penumpang sperben mengenai perilaku kenek, ia mengatakan: “ya mau gimana lagi, memang kenyataannya seperti itu”. Sementara penumpang yang satu lagi mengatakan, “ia biasanya memang ditarik-tarik masuk kedalam sperben, tetapi ada juga yang tidak  menarik penumpang. Biasanya kalo ada yang menarik penumpang, ia penumpangnya langsung masuk aja ke sperben”.  
 Hal ini berarti adanya penilaian positif dari para penumpang terhadap perilaku kenek sperben. Penilaian positif dalam dimensi afektif berupa perasaan suka/kecenderungan menyukai sesuatu, mendukung, berminat, antusias. Yang mana, penilaian positif para penumpang itu berupa suka atau persejutuan terhadap perilaku kenek sperben yang seperti itu. Para penumpang melihat perilaku kenek seperti itu, mereka tetap menaiki superben dan menganggap hal tersebut adalah hal yang biasa atau wajar.  
Selain penumpang, para pihak keamanan setempat juga tidak pernah melarang dan marah terhadap kenek yang berperilaku seperti itu. Mereka tidak pernah merasa terganggu karena perilaku seperti itu masih wajar dan bisa diterima oleh masyarakat. Yang mana salah satu teori atribusi yaitu teori sosial desirability mengatakan itu merupakan kewajaran dari perilaku atau pilihan bebas individu. Perilaku kenek itu merupakan perilaku yang wajar dan perilaku seperti itu merupakan pilihan bebas setiap individu. Jadi, mereka berhak berperilaku seperti itu.  

  1. Kesimpulan
Kenek sperben berperilaku seperti itu agar mendapatkan penumpang yang banyak dan sperbennya penuh dengan penumpang. Perilaku tersebut merupakan atribusi internal dilakukan karena adanya motif atau dorongan dari kenek superben guna mencapai tujuan. Yang mana, tujuan yang ingin mereka capai yaitu mendapatkan penumpang yang banyak dan keuntungan berupa uang tunai yang didapat dari memperoleh penumpang (the direction of behavior) yang banyak.
Sedangkan atribusi eksternalnya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: karena sebagian besar dari mereka adalah kepala rumah tangga, adanya tuntutan target setoran dan bersaing karena semakin banyaknya jumlah sperben di Pekanbaru.
Para penumpang juga tidak masalah dengan perilaku kenek sperben. Menurut mereka perilaku tersebut hal yang wajar dan sudah biasa dilakukan para kenek. Ini berarti adanya penilaian positif dari para penumpang berupa persetujuan atau menyukai perilaku kenek. Mereka tidak masalah kenek berperilaku seperti itu. Karena perilaku seperti itu merupakan pilihan bebas individu atau kewajaran dari perilaku. Sebagaimana dijelaskan dalam salah satu teori atribusi yaitu teori sosial desirability.

  1. Referensi
Santoso, Slamet, Dr. M.Pd., Teori-Teori Psikologi Sosial, Cet. Ke-1, PT. Refika Aditama, Surabaya, 2010.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial, Cet. Ke-3. Jakarta: Balai Pustaka.

0 Responses

Posting Komentar