BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Indonesia yang berfalsafah Pancasila, memiliki tujuan pendidikan nasional
pada khususnya dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia
seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,
telah memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi setiap individu untuk
mengembangkan hubungan dengan Tuhan, dengan alam lingkungan, dengan manusia
lain, bahkan juga untuk mengembangkan cipta, rasa dan karsanya, jasmani maupun
rohaninya secara integral.
Berkaitan
dengan usaha yang menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, pemerintah
Republik Indonesia telah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap dunia
pendidikan dengan berusaha keras untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Langkah konkritnya adalah dengan disusunnya UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Dalam Bab II pasal 3 dinyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.
Uraian di
atas menunjukkan adanya pengakuan terhadap eksistensi individu dan individu
inilah yang dibina menjadi pribadi-pribadi yang utuh. Konsisten dengan tujuan
pendidikan, maka untuk mewujudkan manusia seutuhnya harus juga ditempuh melalui
pendidikan.
Tujuan
pendidikan tersebut di atas dapat dicapai melalui tiga macam jalur pendidikan
yaitu pendidikan formal, informal, dan nonformal. Pendidikan formal adalah
jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Pendidikan informal adalah jalur
pendidikan keluarga dan lingkungan. Sedangkan pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur
dan berjenjang. Melalui tiga macam pendidikan tersebut di atas, diharapkan
tujuan pendidikan nasional dapat dicapai sehingga akan tercipta sumber daya
manusia yang benar-benar berkualitas.
Dalam penelitian ini difokuskan pada pendidikan formal yang berlangsung di
sekolah, mengingatkan bahwa pendidikan formal merupakan salah satu unsur dalam
pencapaian tujuan pendidikan nasional. Mutu pendidikan sekolah sangat
ditentukan oleh kurikulum yang ada dalam proses belajar mengajar. Proses
belajar mengajar tidak terlepas dari suatu system kurikulum yang saling
berkaitan memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar tersebut.
Mutu pendidikan juga dapat dilihat dari tingkat keberhasilan sekolah dengan
tidak mengesampingkan peran masyarakat untuk menilai hal tersebut. Keberhasilan
sekolah dapat dilihat pada hasil Nilai Ebtanas Murni yang sekarang berubah
menjadi Nilai Ujian Akhir Nasional yang dicapai siswa dalam mengikuti tes
evaluasi tahap akhir. Bila Nilai Ebtanas Murni atau Nilai Ujian Akhir Nasional
itu baik serta sebagian besar siswanya diterima di sekolah negeri pada jenjang
sekolah yang lebih tinggi, maka sekolah itu dinilai sebagai sekolah yang
berhasil. Selain itu sekolah yang ditunjang dengan kegiatan-kegiatan menonjol
seperti olah raga, kesenian, lomba mata pelajaran, kepramukaan, dan sejenisnya
yang sering mendapat prestasi, juga mendukung penilaian masyarakat akan
keberhasilan tersebut. Kegiatan yang dapat menunjang peningkatan prestasi
belajar siswa adalah kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan organisasi siswa di
SD sampai SMA adalah:
1. Pramuka
2. Palang Merah
Remaja
3. Patroli
Keamanan Sekolah
4. Usaha
Kesehatan Sekolah
5. Koperasi
Siswa
6. Sanggar
Belajar
7. Peringatan
Hari Besar
8. Kelompok
Penelitian Ilmiah Remaja
9. Sanggar
Kesenian
10. Keolahragaan
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994: 8)
Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan pelengkap dari kurikulum, yang dalam
pelaksanaannya setiap siswa diberi keleluasaan untuk memilih kegiatan sesuai
dengan minat dan bakatnya. Kegiatan tersebut harus dikelola dan diorganisir
sebaik-baiknya oleh siswa di bawah pembinaan atau bimbingan guru yang sudah
ditunjuk oleh sekolah ataupun Departemen Pendidikan Kebudayaan Kabupaten, jika
pembina dalam Pramuka ditunjuk langsung oleh KAMABIGUS (Kepala Majelis
Bimbingan Gugus Depan) agar tujuan-tujuan yang telah direncanakan dalam setiap
jenis kegiatan dapat tercapai.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, sangat perlu upaya peningkatan mutu
pendidikan yang diawali dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan
tinggi, serta pendidikan luar sekolah yang didukung dengan pengembangan
kurikulum dan pembinaan guru.
Pada prinsipnya berhasil tidaknya siswa mengikuti proses belajar mengajar
dan mencapai prestasi belajar yang tinggi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah yang berasal dari dalam
diri siswa itu sendiri, misalnya: motivasi, minat, bakat, inteligensi, sikap,
cara belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor-faktor yang
berasal dari luar diri siswa, misalnya: keadaan sosial ekonomi, lingkungan,
sarana prasarana, guru, kurikulum dan sebagainya.
Keikutsertaan dan keaktifan siswa dalam mengikuti organisasi di sekolah
cukup padat dan menyita waktu istirahat, apalagi masing-masing siswa ada yang
mengikuti tidak hanya satu jenis kegiatan ekstrakurikuler atau organisasi
padahal ini akan mempengaruhi kondisi fisik siswa itu sendiri. Fisik akan
terasa letih apabila terlalu banyak kegiatan ekstrakurikuler atau organisasi
yang diikutinya kemudian akan berpengaruh pula pada psikis. Akibatnya siswa
tidak dapat belajar dengan baik apabila kondisi fisik dan kondisi psikisnya
tidak mendukung kegiatan belajarnya.
Setiap manusia oleh Tuhan
dibekali kemampuan yang berbeda-beda untuk tumbuh dan berkembang. Demikian pula
dengan siswa, setiap siswa mempunyai potensi yang berbeda, baik inteligensinya,
motivasi belajarnya, kemauan belajarnya dan sebagainya. Bila dikaitkan dengan
keaktivan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler atau organisasi siswa yang aktif
dalam organisasi akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari siswa yang
tidak aktif dalam organisasi, karena mereka memiliki kelebihan tertentu,
misalnya kemampuan interaksi sosial dengan teman-temannya, guru-gurunya serta
orang lain di sekitar terutama kamampuan menyesuaikan diri dan berkomunikasi
dengan orang lain, sehingga menopang mereka untuk dapat mengikuti proses
belajar mengajar dengan baik sehingga dapat mencapai prestasi yang tinggi.
Berdasarkan pada pemikiran
tersebut, maka peneliti ingin melihat seberapa besar pengaruh dukungan sosial
orang tua terhadap motivasi siswa mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan
sedikitnya penelitian psikologis yang meneliti tentang kegiatan
ekstrakulikuler. Hal ini membuat
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang: “DUKUNGAN
SOSIAL DARI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER SISWA
DI MAN 1 PEKANBARU ”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut: “Bagaimana
gambaran dukungan sosial orang tua
terhadap motivasi belajar mengikuti ekstrakulikuler di MAN 1 Pekanbaru?”
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dukungan sosial orang tua terhadap motivasi belajar
mengikuti ekstrakulikuler siswa di MAN 1 Pekanbaru.
D.
Kegunaan
Penelitian
1. Kegunaan
Ilmiah
Jika
hipotesis penelitian ini terbukti, maka penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan informasi baru bagi orang tua pentingnya memberi dukungan sosial terhadap
motivasi belajar anaknya yang mengikuti ekstrakulikuler disekolah.
2. Kegunaan
Praktis
Sebagai
bahan masukan yang bersifat praktis bagi orang tua, bahwa sangat perlunya
memberikan dukungan sosial kepada anak untuk mengikuti ekstrakulikuler. Berikan
kesempatan pada anak untuk bisa menyalurkan minat dan bakat mereka,
mengeksplorasi lingkungan, dan berinteraksi dengan orang lain melalui
partisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler di sekolahnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Motivasi
Belajar Mengikuti Ektrakulikuler
Motivasi
merupakan suatu proses yang dapat membimbing siswa kearah pengalaman-pengalaman
yang mana kegiatan belajar itu dapat berlangsung, memberikan kekuatan dan
aktivitas pada siswa dan mengarah mereka terhadap suatu tujuan. Menurut Krech
(dalam Gunarso 1995:92) menyatakan motivasi adalah keinginan dan tujuan yang
menjadi pendorongnya untuk bertingkah laku.
Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang
paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi
diri).
B.
Ektrakulikuler
Kegiatan
ekstrakuliker adalah kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran dan pelayanan
konseling untuk membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga pendidikan yang berkemampuan atau
berwewenang disekolah/madrasah (Tim Pustaka Yustisia: Panduan KTSP). Kegiatan
ektrakulikuler dibagi 3:
a. Krida,
meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah
Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA).
b. Karya
ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan
kemampuan akademik, penelitian.
c. Latihan/lombakeberbakatan/prestasi,
meliputi pengembangan bakat olah raga, seni dan budaya, cinta alam,
jurnalistik, teater dan keagamaan.
C.
Dukungan
Sosial Orang Tua
Sarason
mendefinisikan dukungan sosial sebagai keberadaan, kepedulian dari orang-orang
yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. House
mengatakan bahwa dukungan sosial digambarkan sebagai hubungan yang berkaitan
dengan hubungan fungsional yang mempengaruhi perhatian emosional,bantuan instrumental,
informasi serta kuantitas atau keberadaan hubungan sosial secara umum serta
dari suatu jenis tertentu yaitu:
a. Dukungan
emosional: dukungan jenis ini mencakup ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian orang yang bersangkutan.
b.
Dukungan penghargaan: dukungan ini
terjadi melalui ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk orang yang
bersangkutan, dorongan maju atau menyetujui ide.
c.
Dukungan instrumental: dukungan ini
mencakup bantuan langsung guna menunjang kelancaran kerja, secara langsung akan
meringankan beban yang ditanggung seseorang. Hal ini berupa benda, membantu
pelaksanaan pekerjaan dan memberi peluang waktu.
d.
Dukungan informatif: dukungan ini
mencakup memberi nasehat, petunjuk, saran, umpan balik dan keterangan yang
dibutuhkan oleh penerima dukungan sosial.
D.
Hipotesis
Adanya
peranan dukungan sosial orang tua terhadap motivasi belajar mengikuti
ekstrakulikuler siswa di MAN 1 Pekanbaru.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Yang mana penelitiannya melihat gambaran peranan dukungan sosial
orang tua terhadap motivasi belajar mengikuti ekstrakulikuler siswa di MAN 1
Pekanbaru.
B. Variabel Penelitian
Variabel pada
penelitian ini adalah dukungan sosial orang tua yaitu dukungan emosional,
dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informatif.
C. Defenisi Operasional Variabel
Penelitian
a. Dukungan
emosional: dukungan jenis ini mencakup ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian orang yang bersangkutan.
b. Dukungan
penghargaan: dukungan ini terjadi melalui ungkapan hormat (penghargaan) positif
untuk orang yang bersangkutan, dorongan maju atau menyetujui ide.
c. Dukungan
instrumental: dukungan ini mencakup bantuan langsung guna menunjang kelancaran
kerja, secara langsung akan meringankan beban yang ditanggung seseorang. Hal
ini berupa benda, membantu pelaksanaan pekerjaan dan memberi peluang waktu.
d. Dukungan
informatif: dukungan ini mencakup memberi nasehat, petunjuk, saran, umpan balik
dan keterangan yang dibutuhkan oleh penerima dukungan sosial.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1.
Populasi Penelitian
Pada penelitian ini, populasi
yang dimaksud penulis adalah seluruh siswa kelas XI IPS 1 MAN 1 Pekanbaru yang
berjumlah 25 siswa.
2.
Sampel penelitian
Sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, dengan maksud untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian sampel (Arikunto, 2002:109). Pada penelitian
ini subjek penelitian kami 4 siswa dari kelas XI IPS 1 MAN 1 Pekanbaru.
3.
Tekhnik
Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
wawancara mengenai pengalaman, opini, perasaan dan pengetahuan subyek dalam
kehidupan sehari-harinya mengenai dukungan sosial orang tuanya terhadap
motivasi belajar mengikuti ekstrakulikuler siswa MAN 1 Pekanbaru.
Wawancara
menurut Gulo(2002) merupakan bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan
responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawan dalam hubungan tatap
muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi
kata-kata secara verbal.
Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur, hal ini
dimaksud agar subjek dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti
secara bebas sesuai dengan kondisi subjek pada saat itu sehingga subjek tidak
merasa terikat oleh pola-pola tertentu. Berikut tabel pedoman umum dalam
melakukan wawancara dengan responden:
Aspek
|
Indikator
|
Item
pertanyaan
|
1. Dukungan
Emosional
|
a. Memberi
Empati
b. Rasa
Kepedulian
c. Memberikan
Kepercayaaan
|
Apakah orang tuamu
pernah menghiburmu saat kamu gagal memdapatkan nilai bagus disekolah?
Saat kamu sakit,
bagaimana bentuk perhatian orang tuamu?
Apakah kamu
menggunakan kendaraan sendiri ke Sekolah?
|
2.
Dukungan Penghargaan
|
a. Memberikan
penghargaan/ penilaian positif
b. Memberikan
dorongan/kritik yang membangun
|
Saat
kamu berhasil dalam mengikuti ekstrakulikuler, apakah orang tua mu memberikan
pujian?
Pernahkah
orang tuamu memberikan semangat kepada mu untuk mengikuti ekstrakulikuler?
|
3.
Dukungan instrumental
|
a. Memberikan
bantuan berupa benda atau material
b. Memberikan
peluang waktu
|
Saat kamu mendapatkan
nilai yang begus, apakah orang tua mu pernah membrikan hadiah?
Apakah orang tuamu
marah, jika kamu terlambat pulang karena mengikuti ekstrakulikuler?
|
4. Dukungan
Informatif
|
a. Memberikan
nasehat-nasehat
b. Memberikan
petunjuk-petunjuk
|
Saat kamu melakukan
kesalahan, apakah orang tua mu pernah memberi nasehat?
Pernahkah kamu
mendiskusikan dengan orang tua mu, ekstrakulikuler apa yang akan kamu pilih?
Pernahkah orang tuamu
memberikan saran atau petunjuk mengenai ekstrakulikuler apa yang akan kamu
pilih?
|
4.
Tekhnik
Analisis Data
Analisis data
dalam penelitian ini beupa analisis data kualitatif, Bogdan dan Biklen (dalam
Moleong, 2006) mengungkapkan bahwa analisis kualitatif yaitu upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengotganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
BAB IV
LAPORAN PENELITIAN
A. Persiapan
Penelitian
Sebelum
dimulainya penelitian, diperlukan persiapan-persiapan terlebih dahulu. Adapun
untuk persiapan penelitian yang kami lakukan sebelum melakukan wawancara yaitu
membuat blue print dan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan untuk
wawancara. Yang mana pertanyaan yang akan kami ajukan pada subjek berjumlah 21
pertanyaan.
B. Pelaksanaan
Penelitian
Wawancara
terhadap subjek penelitian ini yaitu 4 siswa MAN 1 Pekanbaru kami lakukan pada
2 waktu:
1. Wawancara
pertama terhadap 2 orang subjek yang bernama Kenny Suandha dan Syafrida
Khairani dilakukan pada hari jum’at tanggal 23 Mei 2014 jam 15.10 WIB.
2. Wawancara
kedua terhadap 2 subjek yang lain yang bernama Jarot Wiro Tamtomo dan Anggi
Pratama dilakukan pada hari sabtu
C. Pembahasan
Dari hasil wawancara yang telah
kami lakukan terhadap 4 orang siswa MAN 1 Pekanbaru, bahwa ada siswa yang
mengambil hanya satu ekstrakulikuler dan ada yang mengambil 2 ekstrakulikuler.
seperti siswa yang kami wawancara yang bernama Kenny Suandha dan Jarot Wiro
Tamtomo hanya mengikuti satu ekstrakulikuler. Kenny Suandha mengikuti
ekstrakulikuler “Krida yang bagian kepramukaan” sedangkan Jarot Wiro Tamtomo mengikuti
ekstrakulikuler “Latihan/lombakeberbakatan/prestasi
yang bagian olah raga futsal”. Dan 2 siswa lagi yang bernama Syafrida Khairani
dan Anggi Pratama mengikuti 2 ekstrakulikuler. Syafrida mengikuti
ekstrakulikuler “Latihan/lombakeberbakatan/prestasi yang bagian tari” dan
ektrakulikuler “Krida bagian kepramukaan” sedangkan Anggi Pratama mengikuti
ektrakulikuler Latihan/lombakeberbakatan/prestasi bagian futsal dan basket”.
Ada tiga dari empat
siswa yang kami wawancara tersebut yang dari jawabannya menjelaskan bahwa ia
mendapatkan dukungan emosional dari orang tuanya yang berupa memberikan empati
yaitu Anggi dan Jarot. Ketiga orang tua mereka menghibur mereka jika
mendapatkan nilai yang jelek disekolah, ada dua orang tua mereka memberikan
motivasi kepada mereka dan terus semangat belajar lagi serta ada juga yang
mengajak anaknya jalan-jalan untuk menghiburnya.
Anggi mengatakan: “biasanya
orang tua saya ngasih saya motivasi agar semangat lagi untuk belajar.” Sedangkan
Jarot mengatakan: “paling dikasih motivasi dan terus semangat
belajar”. Syafrida
mengatakan “biasanya ngajak jalan-jalan aja kak.”
Kenny ia tidak pernah
mendapatkan dukungan emosional yang berupa empati dari orang tua nya, saat ia
mendapat kan nilai yang jelek. Namun, untuk menghibur dirinya, ia lebih memilih
menhibur dirinya dengan teman-temannya, karena ia:” Teman-teman
kan banyak kak, jadi semangat lagi”.
Dukungan emosional
berupa rasa kepedulian dari orang tua didapatkan oleh keempat siswa ini. Karena
saat mereka sakit, semua siswa ini mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
Orang tuanya memberikan obat dan juga memberikan saran kepada mereka. Seperti
kata salah satu siswa yang bernama Jarot:” biasanya dikasih saran
supaya gag capek-capek lagi olah raganya dan juga dikasih obat.”
Dan setelah mereka sembuh orang tua mereka tidak melarang mereka ikut
ekstrakulikuler lagi, orang tua mereka tetap mendukung hal positif yang mereka
lakukan.
Dukungan emosional dari
orang tua dengan memberikan kepercayaan, diperoleh semua siswa yang kami
wawancara tersebut. Karena mereka semua diberi kepercayaan oleh orang tua
mereka membawa kendaraan sendiri kesekolah, meskipun mereka belum memiliki SIM.
Dukungan penghargaan
dari orang tua dengan memberikan pernghargaan/penilaian positif didapatkan oleh
2 siswa yang kami wawancara yaitu Jarot dan Anggi. Keuda siswa ini orang tuanya
memberikan pujian kepada mereka jika mereka berhasil atau mendapatkan nilai yang
bagus di sekolahnya. Jarot mengatakan:” tetap rajin belajar ia
nak, walaupun nilainya udah bagus”. Sedangkan Anggi
mengatakan:” ibu saya biasanya bilang, semangat lagi ia nak
belajarnya supaya pintar.” Sedangkan 2 orang siswa lagi yaitu
Kenny dan Syafrida tidak endapatkan dukungan penghargaan berupa penilaian
positif dari orang tuanya, karena mereka berdua tidak pernah diberi pujian oleh
orang tuanya saat mereka mendapat nilai yang bagus di sekolah.
Dukungan penghargaan
dari orang tua dengan memeberikan dorongan/kritik yang membangun dapat
diperoleh ketiga orang siswa yang kami wawancara yaitu Jarot, Anggi dan
Syafrida. Orang tua mereka memberikan semangat pada mereka untuk mengikuti
ekstrakulikuler disekolahnya. Syafrida mengatakan:” baik-baik
aja, jaga diri tu ia.” Itu kata-kata yang diberikan orang
tuanya untuk memberikan semangat padanya. Anggi mengatakan: “ibu
saya bilang semangat dan jangan mudah putus asa untuk berlatih gitu bang.” Sedangkan
Jarot mengatakan:” ia orang tua saya Cuma bilang semangat
berlatih dan jangan lupa belajar, jangan sibuk dengan futsalnya ja. Supaya gag
tinggal pelajarannya.” Sedangkan satu siswa lagi yaitu Kenny,
ia tidak mendapatkan dukungan penghargaan dari orang tuanya, karena ia
mangatakan bahwa ia tidak pernah diberi orang tuanya semangat untuk mengikuti
ekstrakulikuler disekolahnya.
Dukungan
instrumental dari oran tua dengan memberikan bantuan berupa benda atau material
pada anaknya diperoleh 2 siswa yang kami wawancara tersebut yang bernama Anggi
dan Jarot. Karena saat mereka berhasil atau mendapat nilai bagus di sekolahnya,
orang tua mereka memberikan hadiah kepada mereka. Hadiah yang diberikan itu
bermacam-macam, seperti kata Anggi:” biasanya sih orang tua saya ngasih buku
dan keperluan untuk bermain supaya giat belajar dan semangat berlatihnya.”
Sedangkan kata Jarot:” ada bang, waktu dapat juara futsal dikasih hadiah sepatu
futsal sama papa. Trus waktu kelas 1 dapat nilai bagus dibelikan motor untuk ke
sekolah. “. Namun 2 orang siswa lagi yang bernama Syafrida dan Kenny mereka
tidak mendapatkn dukungan instrumental berupa bantuan benda atau material dari
orang tua mereka. Setiap mendapatkan nilai yang bagus atau saat mereka
berhasil, orang tua mereka tidak pernah memberikan hadiah pada mereka. Seperti
kata Kenny:”gag kak, mana pernah”.
Dukungan
instrumental dari orang tua yang berupa memberikan peluang waktu pada anak,
hanya diproleh satu siswa dari 4 siswa yang kami wawancara. Yaitu Anggi, ia
diberikan peluang waktu oleh orang tuanya karena saat ia terlambat pulang
sekolah, orang tuanya tidak akan marah padanya. Anggi mengatakan:”
gag kug, tapi kalau kasih tau dulu ke orang tua nantik telat pulang nya”. Jadi
Jika ia terlambat pulang sekolah, ia memberi tahu dulu kepada orang tuanya,
sehingga orang tuanya tidak marah padanya. Sedangkan 3 siswa lagi yaitu Jarot,
Syafrida dan Kenny, mereka tidak mendapatkan dukungan instrumental dari orang
tuanya yang berupa memberikan peluang waktu, karena mereka mengatakan, setiap
mereka terlambat pulang sekolah orang tua mereka akan marah.
Namun
dari hasil wawancara, kami memperoleh informasi bahwa, ada 3 orang siswa yang
mendapat dukungan informatif dari orang tuanya yang berupa memberikan
petunjuk-petunjuk yaitu Jarot, Anggi dan Syafrida. Ketiga orang siswa ini
mendiskusikan dulu kepada orang tua mereka ekstrakulikuler apa yang harus mereka
ambil dan orang tua mereka juga memberikan saran kepada mereka ekstrakulikuler
apa yang sebaik nya mereka ikuti.
Anggi mengatakan” iya,
saya sebelum milih ekstrakulikulernya, saya minta saran orang tua dulu” dan “nggg... orang tua saya sih
ngasih saran supaya saya memilih ekstrakulikuler yang sesuai dengan bakat saya
dan yang bermanfaat”.
Jarot mengatakan “ia
bang, orang tua mendukung juga seperti membeli baju futsal, membeli sepatunya
juga.”
Dan gag ada, orang tau Cuma bilang pilih lah kegiatan yang bermanfaat aja, dan
bisa dikembangkan.
Sedangkan syafrida
mengatakan “ada kak”. Dari jawaban tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa mereka meminta saran dulu kepada orang tua mereka dan orang
tua mereka menyarankan agar mereka mengikuti ekstrakulikuler sesuai bakat
mereka dan yang bermanfa’at serta dapat dikembangkan.
Sedangkan siswa yang
bernama Kenny Suanda ia tidak mendapatkan dukungan informatif dari orang
tuanya. Ia tidak diberi petunjuk-petunjuk atau saran dari orang tuanya dan ia
pun tidak ada mendiskusikan kepada orang tuanya ekstrakulikuler apa yang
sebaiknya ia ikuti. Ia memutuskan semuanya sendiri.
Semua siswa yang kami
wawancara tersebut mereka mendapatkan dukungan informatif berupa memberikan
nasehat-nasehat. Jika mereka melakukan kesalahan, orang tua mereka menasehati
mereka. Orang tua mereka memberikan saran yang hampir sama kepada anaknya,
orang tuanya menyarankan agar anaknya tidak mengulagi lagi perbuatan tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
uraian pada BAB IV, maka dapat disimpulkan:
1.
Kenny
Suandha: ia hanya mendapatkan Dukungan Emosional dari orang tuanya yang berupa
rasa kepedulian pada saat ia sakit dan memberikan kepercayaan, karena ia diberi
izin oleh orang tuanya untuk membawa kendaraan kesekolahnya. Sedangkan dukungan
sosial dari orang tua yang lainnya tidak ada didapatkan oleh Kenny. Hal ini
tentu akan membuat berkurangnya motivasi belajar mengikuti ekstrakulikuler
disekolahnya.
2.
Syafrida
Khairani: ia mendapatkan dukungan emosional dan dukungan informatif dari orang
tuanya. Saat ia mendapatkan nilai yang jelek disekolah, orang tuanya
menghiburnya dengan membawanya pergi jalan-jalan, saat ia sakit orang tuanya
juga memberikan perhatian dengan memberikan obat serta orang tuanya memberikan
kepercayaan padanya untuk membawa kendaraan sendiri ke sekolah. Orang tuanya
juga memberikan nasehat-nasehat jika ia berbuat salah dan dalam memilih
ekstrakulikuler, ia juga mendiskusikannya dulu pada orang tuanya. Sedangkan
dukungan sosial lainnya belum ia dapatkan dari orang tuanya, padahal ia
mengikuti 2 ekstrakulikuler disekolahnya.
3.
Jarot
Wiro Tamtomo: ia hampir mandapatkan semua aspek dukungan sosial orang tua. Ia
hanya tidak mendapatkan dukungan instrumental yang berupa memberikan peluang
waktu. Karena saat ia terlambat pulang sekolah, orang tuanya marah padanya. Ini
berarti tidak adanya dukungan memberikan peluang waktu padanya dari orang
tuanya. Hanya dukungan ini saja yang belum ia dapatkan dari orang tuanya.
4.
Anggi
Pratama: ia mendapatkan semua dukungan
sosial dari orang tuanya. Karena semua aspek dukungan sosial dari orang tua
tersebut telah ia peroleh dari orang tuanya. Apalagi ia mengikuti 2
ekstrakulikuler disekolahnya, dan mendapatkan dukungan sosial yang penuh dari
orang tuanya. Hal ini akan membuat anak menjadi bertambah movasi belajar
mengikuti ekstrakulikuler di sekolahnya.
B. Saran
1.
Guru juga
berperan penting sebagai motivator
yang dapat mendorong siswa untuk belajar dengan cara yang seefektif mungkin dan
membagi waktu dengan baik agar dapat belajar dengan sebaik-baiknya sehingga
siswa dapat mencapai prestasi yang lebih baik. Karena siswa sebagian
besar menghabiskan waktunya di sekolah.
2.
Perlunya pihak
sekolah memberikan informasi kepada orang tua siswa bahwa pentingnya memberikan
motivasi belajar yang menunjang
usaha siswa demi tercapainya
tujuan belajar dan cita-cita yang mencapai prestasi belajar yang tinggi
bagi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Rozalina Fithria Tindra Putri. 2011. Skripsi: Perilaku Merokok Pada Wanita.
Weni Syofianti. 2011. Skripsi: Hubungan
Dukungan Sosial Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Mengikuti Ekstrakulikuler
Pada Siswa SMAN 1 Pekanbaru.
Posting Komentar