BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Dalam kehidupan yang
beragam dan kompleks ini, manusia jadi saling membutuhkan satu sama lain.
Ketergantungan ini menjadikan manusia suka hidup berkelompok. Kelompok menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Seperti keluarga,
organisasi sosial, kelompok olahraga dan musik.
Psikologi Sosial
adalah psikologi dalam konteks sosial. Seperti yang telah kita ketahui,
psikologi adalah ilmu tentang perilaku, sedangkan sosial di sini adalah
interaksi antar individu atau antar kelompok dalam masyarakat. Jadi psikologi
sosial dapat diterapkan dalam konteks keluarga, sekolah, teman, kantor,
politik, Negara, lingkungan, organisasi dan sebagainya. Psikologi sosial tidak
mempelajari perilaku yang tidak kasat mata dan tidak terukur. Dengan demikian,
psikologi sosial menghubungkan aspek-aspek psikologi sosial dari perilaku
sosial dengan proses dan struktur kognitif yang lebih mendasar.
Atas dasar itulah,
maka kelompok dan dinamikanya menjadi pokok bahasan yang penting dalam
psikologi sosial. Dalam kehidupan, individu tak pernah lepas dari kelompok
ketika individu lahir, ia adalah bagian dari kelompok kecil yang dinamakan
keluarga. Selanjutnya, individu menjadi anggota dari berbagai kelompok di
lingkungan rumah, sekolah, tempat kerja, dan di tengah masyarakat. Individu
beraktivitas dan berkembang bersama orang-orang di dalam kelompok. Hal itu
menimbulkan terjadinya saling mempengaruhi antara individu dan kelompok.
Individu mendefinisikan diri berdasarkan kelompoknya dan bahkan kerap
kehilangan keunikan diri karena membaur dalam kelompok.
Individu dalam
kelompok dapat diartikan sebagai seseorang yang berperan dalam suatu kelompok
yang memilki tujuan yang sama dengan apa yang diharapkan oleh kelompok dimana
mereka berada. Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa kelompok merupakan
suatu susunan organisasi yang memilik tujuan bersama dan memiliki
ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Kelompok juga dapat diartikan
sebagai suatu kesatuan beberapa individu yang bertahan dalam kelompok dalam
pencapaian tujuan bersama (Sarlito W, 2012)
Berdasarkan teori
tersebut, kami mengangkat contoh dari kelompok organisasi Resimen Mahasiswa
(MENWA). Dimana kami ingin mengamati perilaku kepemimpinan dan kedisiplinan yang
diterapkan kepada seluruh anggota MENWA.
Dan hasil
dari survei serta wawancara yang kami lakukan terhadap salah satu dari anggota
menwa tersebut, kami mendapatkan hasil yang sesuai dengan pembahasan teori pada
psikologi sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Konsep
Teori
A.
konformitas
adalah perubahan sikap dan tingkah laku agar sesuai dengan norma sosial yang
ada ( Baron & Byrne, 2003).
B.
Kedisiplinan
Menurut Ekosiswoyo dan Rachman
(2000), kedisiplinan hakikatnya adalah sekumpulan tingkah laku individu maupun
masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh
kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.
C.
Menurut
forsyth Kohesifitas adalah kekuatan hubungan yang terjadi antar anggota
kelompok.
D.
Altruisme
Hasrat untuk menolong orang
lain tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri (Myers, 1996) atau menolong
orang tanpa pamrih.
E.
Perubahan Sikap
Terbentuknya
sikap tersebut melalui proses pengalaman dan proses belajar (Arvey dkk,
1989:Keller, dkk., 1992; Waller, dkk., 1990).
F.
Kepemimpinan
Ø Teori Kepemimpinan
Perilaku dan Situasi
Pertama yang disebut
Konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yang a. menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan.
Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti: membela bawahan, memberi masukan
kepada bawahan dan bersedia bekonsultasi dengan bawahan.
Kedua disebut struksur inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin
Kedua disebut struksur inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin
b. yang memberikan batasan kepada
bawahan. Contoh yang dapat dilihat, bawahan mendapat instruksi dalam
pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil apa yang
akan dicapai.
2.
Metode
Kami menggunakan
metode observasi dan wawancara. Kami mengobservasi markas menwa yang ada di
UNRI dan untuk memperoleh datanya kami mewawancara salah satu anggota menwa tersebut.
Dan dari itu lah kami mendapat data primer maupun data sekundernya. Data primer
yang digunakan untuk pembahasan beserta teori-teori psikologi sosial. Serta
data sekunder yang kami peroleh dari salah satu anggota menwa itu untuk
dijadikan lampirannya.
3.
Hasil
dan Pembahasan
Menwa merupakan sebuah organisasi yang
membentuk sifat kemiliteran yang diiringi dengan nilai-nilai pendidikan. Selain
itu, menwa juga merupakan tentara mahasiswa yang bertugas untuk melindungi dan
menjaga area kampus yang berada di bawah pertahanan MENHANKAM (Menteri
Pertahanan Kampus) dan segala kegiatan selalu didukung oleh TNI dan POLRI.
Fungsi lain dari menwa yaitu mengamankan
kestabilitasan kampus serta perannya lebih memegang kepengamanan dalam. Contoh
kegiatan pengamanan
yang dilakukan
menwa adalah ketika acara wisuda, mendampingi & melindungi rektor saat terjadi
demonstrasi,
serta mengamankan segala bentuk ancaman kriminal maupun pacaran di area kampus
Unri.
Disini menwa dilatih untuk memiliki karakteristik
kepemimpinan. Yang mana menurut teori kepemimpinan perilaku dan situasi yang
menyatakan bahwa kecenderungan
pemimpin menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan dan yang memberikan batasan kepada bawahan.
Menwa
memiliki hubungan sesama anggotanya lebih bersifat hirearki (senioritas). Sama
halnya seperti angkatan bersenjata lainnya, yaitu junior harus tunduk terhadap
senior. Seperti yang dibahas pada teori kepemimpinan diatas. Namun bentuk
kepedulian yang terjalin antara seluruh anggota menwa sangat erat sekali, yang
mereka namakan dengan Komando Satu Rasa (KORSA). Dimana mereka menerapkan atau
merasakan apa yang anggota mereka rasakan. Contohnya:
a.
Apabila
sakit, semua anggota menwa juga harus merasakan sakit.
b.
Apabila
sudah tiba waktu makan, semua anggota harus ikut makan, meskipun ia sudah
merasa kenyang.
Ini
menunjukkan bahwa adanya konformitas dalam organisasi menwa ini karena anggota
menwa secara sukarela menyamakan dirinya dengan anggota yang lainnya. Yang mana
konformitas adalah perubahan sikap dan tingkah laku agar sesuai dengan norma
sosial yang ada (Baron & Byrne, 2003).
Anggota menwa wajib menjalankan
norma-norma yang telah ditetapkan, seperti:
Anggota menwa wajib menggunakan pakaian lengkap serta accesoris seperti baret,pangkat.
Setiap junior harus patuh dan tunduk terhadap senior. Bagi yang piket harus datang dan pulang tepat waktu.
Anggota menwa wajib menggunakan pakaian lengkap serta accesoris seperti baret,pangkat.
Setiap junior harus patuh dan tunduk terhadap senior. Bagi yang piket harus datang dan pulang tepat waktu.
Dan
apabila ada yang melanggar disiplin, maka akan diberi hukuman seperti push up,
schot jump. Yang mana Menurut Ekosiswoyo dan
Rachman (2000), kedisiplinan hakikatnya adalah sekumpulan tingkah laku individu
maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung
oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.
Dimana
hal disiplin ini ditindak oleh Propos. Propos adalah penegak disiplin dalam
organisasi menwa. Seperti
kata salah satu anggota menwa yang kami wawancara:” jadi propos ini gag ada
jalurnya ini. PROPOS ini dia langsung dibawah komandan gitu. Artinya kalo kakak
di Staf, kur kami warna Biru. Kalo Komandan warna merah Kurnya. Kalo PROPOS ini
dia warna Putih. Jadi dia, gag bisa dia orang Staf marahin PROPOS nindak
PROPOS. Artinya kalo didalm Tentara dia Polisinya. Karna apa.. karna jalurnya
itu sendiri. Jadi, kalo kami bisa ditindak oleh PROPOS. Tapi kita staf, tidak
bisa nindak PROPOS gitu. Karena memang dia bagian penegak kedisiplinan. Intinya
PROPOS ini penegak disiplin disini. Jadi staf-staf ini gag ada yang bisa
memerintah kan dia selain Komandan ataupun wadannya.”
Selain itu, menwa juga
banyak melakukakan kegiatan yang bersifat sosial. Seperti gotong-royong
membersihkan sarang nyamuk,
membuat mesjid, bekerjasama dengan PMI untuk melakukan donor darah. Mereka
melakukan kegiatan tersebut tanpa meminta imbalan dari orang lain. Mereka
melakukannya nya karena peduli terhadap sesama. Ini termasuk perilaku
altruisme. Yang mana altruisme merupakan Hasrat untuk menolong orang lain tanpa
memikirkan kepentingan diri sendiri (Myers, 1996) atau menolong orang tanpa
pamrih.
Anggota
menwa yang terdiri dari 50 personil yang aktif ini selalu menjaga hubungan baik
dengan kelompok organisasi lainnya yang ada di kampus dengan cara melakukan
kegiatan patroli bersama, melakukan outbond bersama serta saling membantu antara
kelompok organisasi satu dengan lainnya. Dan ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh
para anggota menwa.
Dengan terjalin hubungan baik antar organisasi
menunjukkan bahwa organisasi menwa mampu mempertahankan tingkat kohesifitas
mereka dengan organisasi lainnya. Menurut forsyth Kohesifitas adalah kekuatan
hubungan yang terjadi antar anggota kelompok.
Setiap
anggota yang tergabung dalam organisasi menwa akan mengalami perubahan sikap
akibat pengaruh sosial. Perubahan sikap yang dialami lebih menjadi seseorang
yang percaya diri, disiplin, dan tegas. Terbentuknya sikap tersebut melalui proses pengalaman
dan proses belajar.
Selain kegiatan pengamanan menwa juga sering
melakukan kegiatan bersama-sama di luar dari tugas mereka, yaitu : latihan
menembak, kegiatan
religius yang di lakukan setiap malam jum’at dan joging bersama setiap harinya. Menurut
hasil wawancara kami, interviwee tersebut mengatakan: “mengenai pelatihan
menembak tersebut Setiap
hari minggu jam 7 diadakan apel pagi, kalau malam jum’at ada kegiatan religi.
Setiap sore bagi yang baru masuk, joging didaerah stadion mini UNRI itu. Kita
semua dibawa lari. Yang baru masuk ini lebih ke pertahanan fisiknya karena ia
bakal dikirim ke bangkinang di Bataliyon 132 Salo itu. Kalo kegiatannya disana
ada menembak, ada kursus, kepemimpinan, suskalatnas, suskelat, banyak lah dek.”
BAB
III
PENUTUP
Jadi, dari hasil observasi
serta wawancara yang telah kami lakukan, bahwa adanya kepemimpinan dan
kedisiplinan pada anggota menwa. Yang
mana bahwa seluruh anggota menwa harus menjalani aturan dan norma-norma yang
sudah ditetap kan dan harus bersedia menerima hukuman apabila melanggar aturan
atau norma-norma tersebut.
Selain
kepemimpinan dan kedisiplinan yang terdapat pada anggota menwa, ternyata juga
terdapat kohesifitas, konformitas, perilaku altruisme dan perubahan perilaku
pada anggota menwa tersebut.
Daftar
Pustaka
Milla,mirra
noor. Agung , ivan muhammad. Purnama, deceu Berlian.2013. psikologi Sosial 2.
pekanbaru: Almujtahadah press
Sarwono,
sarlito wirawan.2002.psikologi sosial:individu dan teori-teori psikologi
sosial.Jakarta:balai pustaka
Posting Komentar