nurul wardah


A.    Pengertian genetika, lingkungan dan evolusi
Gen adalah untuk dasar dari hereditas, yang terletak dalam kromosom dan juga merupakan unit dasar dari keturunan yang tersusun atas DNA dan menentukan struktur protein-protein. Genetika adalah ilmu yamg mempelajari tentang sifat atau karakter yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara turun temurun. Penurunan sifat dan karakter itu melalui gen yang terdapat dalam kromosom di dalam inti sel. Bahan dasar inti sel (nukleus) adalah protein khas yang disebut protein inti atau nucleoprotein. Nucleoprotein dibangun oleh senyawa protein dan asam inti atau Asam Dioksiribo Nukleat (DNA) dan Asam Ribo Nukleat (RNA).[1] 
 Lingkungan adalah istilah yang mencakup segala segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada dibumi atau bagian dari bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan. Lingkungan adalah semua kondisi didalam dan di luar  organism yang berpengeruh terhadap perilaku kita, perkembangan atau proses hidup kecuali gen dan bahkangen dapat dipertimbangakan untuk menyediakan lingkungan untuk gen lain(sartain,dkk). Lingkungan terbagi menjadi dua,yaitu :
Lingkungan internal , terdiri dari kondisi organ dan material dalam diri seseorang, seperti :gizi,vitamin susu,system urat saraf,motivasi,kemauan dsb. Lingkungan luar ialah lingkungan alam (natural environment) meliputi suhu,iklim,geografis, waktu pagi dan siang.  dan lingkungan social (social environment) dapat berupa orang atau pribadi seseorang, sekumpulan orang seperti keluarga,masyarakat,teman sepermainan dan organisasi. lingkungan adalah unsur biologi, fisika, dan kimia yang selalu ada sekitar makhluk hidup atau keseluruhan faktor biotik, iklim, tanah, cahaya, suhu, kelembaban udara yang mengelilingi suatu makhluk hidup.[2]   
Lain lagi dengan evolusi, evolusi merupakan kata umum yang menunjukkan suatu perubahan atau pertumbuhan, secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang cukup lama. Perubahan tersebut dapat terjadi karena alam maupun rekayasa manusia.[3]
Evolusi mengacu pada proses yang telah mengubah bentuk kehidupan di atas bumi sejak bentuknya yang paling awal sampai membentuk keanekaragaman yang sangat luas seperti apa yang bisa ditemui saat ini.[4]  
Sebelum membahas tentang ketiganya, secara umum evolusi menjelaskan terjadinya perubahan pada makhluk hidup yang menyimpang dari struktur alam dalam jumlah yang banyak serta beraneka ragam dan kemudian menyebabkan terjadinya dua kemungkinan, yang pertama adalah makhluk hidup yang berubah akan mampu bertahan dan tidak punah atau disebut juga istilah evolusi progresif. Sedangkan kemungkinan atau opsi yang kedua adalah makhluk hidup berubah atau berevolusi dan gagal bertahan hidup yang akhirnya punah atau disebut juga dengan evolusi regresif.[5]

B.     Hubungan genetika dan lingkungan dengan evolusi
Genetika sebuah ilmu tentang penurunan sifat yang diperkenalkan pertama kali oleh Gregory Mendel membantu para para ilmuwan untuk mengidentifikasi tentang kebenaran terjadinya evolusi.
Dalam genetika dibahas variasi genetik sebagai salah satu faktor penyebab evolusi. Variasi genetik dalam populasi yang merupakan gambaran dari adanya perbedaan respon individu-individu terhadap lingkungan adalah bahan dasar dari perubahan adaptif. Suatu populasi terdiri dari sejumlah individu. Dengan suatu kekecualian, maka tidak ada dua individu yang serupa. Pada populasi manusia dapat kita lihat dengan mudah adanya perbedaan-perbedaan individu semisal dipunyainya ciri-ciri anatomi, fisiologi dan kelakuan yang khusus. Dengan demikian, populasi terdiri dari sejumlah individu yang memiliki sifat penting tetapi berbeda satu sama lain di dalam berbagai hal. 
Bagaimana hubungan evolusi diantara spesies dapat diketahui? Hubungan evolusi diantara spesies dicerminkan dalam DNA dan proteinnya (pembahasan dalam genetika). Jika dua spesies memiliki pustaka gen dan protein dengan urutan monomer yang sangat bersesuaian, urutan itu pasti disalin dari nenek moyang yang sama. Sama halnya jika diibaratkan sebagai dua buah paragraf dengan panjang yang sama meskipun ada penggantian satu atau dua huruf di beberapa tempat, tentunya kita akan mengatakan bahwa paragraf itu berasal dari satu sumber yang sama.[6]
Fenotipe suatu individu organisme dihasilkan dari genotipe dan pengaruh lingkungan organisme tersebut. Variasi fenotipe yang substansial pada sebuah populasi diakibatkan oleh perbedaan genotipenya. Sintesis evolusioner modern mendefinisikan evolusi sebagai perubahan dari waktu ke waktu pada variasi genetika ini. Frekuensi alel tertentu akan berfluktuasi, menjadi lebih umum atau kurang umum relatif terhadap bentuk lain gen itu. Gaya dorong evolusioner bekerja dengan mendorong perubahan pada frekuensi alel ini ke satu arah atau lainnya. Variasi menghilang ketika sebuah alel mencapai titik fiksasi, yakni ketika ia menghilang dari suatu populasi ataupun ia telah menggantikan keseluruhan alel leluhur.
Variasi berasal dari mutasi bahan genetika, migrasi antar populasi (aliran gen), dan perubahan susunan gen melalui reproduksi seksual. Variasi juga datang dari tukar ganti gen antara spesies yang berbeda: contohnya melalui transfer gen horizontal pada bakteria dan hibridisasi pada tanaman. Walaupun terdapat variasi yang terjadi secara terus menerus melalui proses-proses ini, kebanyakan genom spesies adalah identik pada seluruh individu spesies tersebut. Namun, bahkan perubahan kecil pada genotipe dapat mengakibatkan perubahan yang dramatis pada fenotipenya. Misalnya,  simpanse dan manusia hanya berbeda pada 5% genomnya.
Perbedaan-perbedaan diatas dapat kita lihat dengan nyata dan dapat pula sangat samar-samar. Dengan demikian, jika terjadi suatu seleksi  yang menentang beberapa varian dan seleksi menguntungkan untuk varian lain didalam suatu populasi, maka komposisi kesehatan dari populasi itu dapat berubah dengan berjalannya waktu, sebab sifat dari populasi itu ditentukan oleh induvidu  didalamnya. Secara umum variasi genetik dapat dibedakan menjadi 5 penyebab (agensia evolutif), yakni mutasi rekombinasi gen, genetic drift, gen flow dan seleksi alam.[7]

Hubungan Antara Gen, Evolusi dan Lingkungan
- Hubungan genetika dan lingkungan dengan evolusi Secara umum evolusi menjelaskan terjadinya perubahan pada mahluk hidup yang menyimpang dari struktur alam dalam jumlah yang banyak serta beraneka ragam dan kemudian menyebabkan terjadinya dua kemungkinan adalah mahkluk berubah akan mampu bertahan dan tidak punah atau disebut juga istilah evolusi progresif, sedangkan kemungkinan yang kedua mahluk hidup berubah atau berovolusi dan gagal bertahan hidup yang akhirnya punah atau disebut juga dengan evolusi regresif.
 - Hubungan Genetika dengan Evolusi Genetika adalah sebuah ilmu tentang penurunan sifat yang di perkenalkan pertama kali oleh Gregory Mendel mambantu para ilmuan untuk mengidentifikasi tentang kebenaran terjadinya evolusi. Dalam genetika di bahas variasi genetic sebagai salah satu faktor penyebab evolusi. Variasi genetic dalam populasi yang merupakan gambaran dari adanya perbedaan respon individual terhadap lingkungan adalah bahan dasar dari perubahan adaptif. Suatu populasi terdiri dari sejumlah individu. Dengan suatu kekecualian, maka tidak ada dua individu yang serupa. Pada populasi manusia dapat kita lihat dengan mudah adanya perbedaan individu semisal ciri-ciri anatomi, fisiologi dan kelakuan yang khusus. Dengan demikian, populasi terdiri dari sejumlah individu yang memiliki sifat penting tetapi berbeda satu sama lain di dalam berbagai hal. Hubungan evolusi antara spesis di cerminkan dalam DNA dan proteinnya. Jika dua spesis memiliki pustaka gen dan protein dengan urutan monomer yang sangat bersesuaian, urutan itu pasti di salin dari nenek moyang yang sama.  Hubungan Linvgkungan dengan Evolusi Dalam teori evolusi Darwin, yang yang sangat berpengaruh dalam evolusi adalah seleksi alam yang tidak lansung berhubungan dengan lingkungan. Lingkungan sebagai tempat hidup mempengaruhi frekuensi suatu sifat yang dapat diturunkan dalam populasi. Seleksi alam adalah keberhasilan yang berbeda dalam revroduksi ( kemampuan individu yang tidak sama untuk bertahan hidup dan bereproduksi). Seleksi alam terjadi melalui suatu interaksi antara lingkungan dan keanekaragaman yang melekat diantara individu organisme yang menyusun suatu reproduksi. Produksi individu yang lebih banyak di bandingkan dengan yang dapat di dukung oleh lingkungan akan mengakibatkan adanya persaingan untuk mempertahankan keberadaan individu dalam populasi itu. Sehingga hanya sebahagian yang mampu bertahan pada setiap generasi. Individu yang mewarisi sifat-sifat baik yang membuat individu. Individu tersebut cocok dengan lingkungannya kemungkinan besar akan menghasulkan keturunan di bandingkan individu yang kurang cocok sifatnya terhadap lingkungannya. Kemudian secara bertahap dalam populasi dan sifat-sifat menguntungkan akan berakumulasi sepanjang generasi, itulah evolusi. Seleksi alam dapat mempengaruhi frekuensi suatu sifat yang diturunkan dalam populasi melalui 3 cara yakni, seleksi penstabilan, direksional dan pendifersifikasian. Contoh : Burung Galapagos terhadap sumber makanan yang berbeda.
Dalam teori evolusi Darwin, hal yang sangat berpengaruh dalam evolusi adalah seleksi alam yang secara tidak langsung berhubungan dengan lingkungan. Lingkungan sebagai tempat hidup mempengaruhi frekuensi suatu sifat yang dapat diturunkan dalam populasi.
Seleksi alam adalah keberhasilan yang berbeda dalam reproduksi (kemampuan individu yang tidak sama untuk bertahan hidup dan bereproduksi). Seleksi alam terjadi melalui suatu interaksi antara lingkungan dam keanekaragaman yang melekat diantara individu organisme yang menyusun suatu reproduksi.
Produksi individu yang lebih banyak dibandingkan dengan yang dapat didukung oleh lingkungan akan mengakibatkan adanya persaingan untuk mempertahankan keberadaan individu di dalam populasi itu, sehingga hanya sebagian keturunan yang dapat bertahan hidup pada setiap generasi. Selain itu, kelangsungan hidup dalam perjuangan untuk mempertahankan hidup tidak terjadi secara acak, tetapi bergantung sebagian pada susunan sifat yang terawarisi dari individu yang bertahan hidup. Individu yang mewarisi sifat-sifat baik yang membuat individu-individu tersebut cocok dengan lingkungannya, besar kemungkinan akan menghasilkan lebih banyak keturunan dibandingkan dengan individu yang kurang cocok sifatnya terhadap lingkungannya. Kemudian, kemampuan setiap individu untuk bertahan hidup dan bereproduksi yang tidak sama ini akan mengakibatkan suatu perubahan secara bertahap dalam suatu populasi dan sifat-sifat menguntungkan akan berakumulasi sepanjang generasi, itulah evolusi.[8]  
Dalam setiap generasi, faktor lingkungan menyaring variasi yang dapat diwariskan, yang lebih menguntungkan suatu variasi tertentu atas variasi yang lain. Akan tetapi, dapatkah sesungguhnya seleksi menyebabkan perubahan besar dalam suatu populasi?
Seleksi alam dapat mempengaruhi frekuensi suatu sifat yang dapat diturunkan dalam suatu populasi dalam tiga cara berbeda, tergantung pada fenotipe mana yang lebih disukai dalam suatu populasi yang beraneka ragam. Ketiga cara seleksi ini disebut sebagai seleksi penstabilan, seleksi direksional dan seleksi pendifersifikasian.
Seleksi penstabilan bekerja terhadap fenotipe ekstrim dan menyukai varian antara yang lebih umum. Cara seleksi ini mengurangi variasi dan mempertahankan keadaan yang tetap (Status Quo) pada suatu waktu tertentu untuk suatu sifat fenotipik khusus.  
Seleksi direksional paling umum ditemukan selama periode perubahan lingkungan atau ketika anggota suatu populasi termigrasi ke beberapa habitat baru dengan keadaan lingkungan yang berbeda.
Seleksi pendiversifikasian terjadi ketika keadaan lingkungan bervariasi sehingga individu pada kedua ekstrim suatu kisaran fenotipe antara lebih disukai.[9]
Mengenai seleksi alam, yang harus diketahui adalah bahwa seleksi alam hanya akan memperbesar atau memperkecil variasi yang dapat diwariskan. Seperti yang telah kita lihat, suatu organisme bisa dimodifikasi melalui hal-hal yang dialaminya sendiri selama masa hidupnya, dan ciri yang didapatkan seperti itu bahkan mungkin lebih mengadaptasikan organisme tersebut dengan lingkungannya, tetapi tidak ada bukti bahwa ciri-ciri atau sifat-sifat yang didapat selama masa hidup itu dapat diwariskan. Kita harus membedakan antara adaptasi yang didapatkan oleh organisme melalui tindakannya sendiri dan adaptasi yang diwariskan yang berkembang dalam suatu populasi selama beberapa generasi sebagai akibat dari seleksi alam. 
Contoh kerja seleksi alam dapat dilihat dalam adaptasi evolusioner burung finch Galapagos terhadap sumber makanan yang berbeda. Selama lebih dari 20 tahun, Peter dan Rosemary Grant dari Princeton University telah mempelajari populasi burung frinch darat berukuran sedang di Daphne Major (sebuah pulau kecil di Galapagos). Burung-burung tersebut menggunakan paruhnya yang kuat untuk menghancurkan biji-bijian. Burung-burung tersebut lebih senang memakan biji kecil, yang dihasilkan secara berlimpah oleh spesies tumbuhan tertentu selama tahun-tahun yang banyak curah hujannya. Pada tahun-tahun kering, biji-bijian itu berkurang produksinya dan burung finch terpaksa memakan biji-bijian kecil dan yang lebih besar yang jauh lebih sulit untuk dihancurkan. Ternyata keluarga Grant menemukan bahwa ketebalan rata-rata paruh (atas dan bawah) pada populasi burung finch berubah seiring dengan perubahan tahun.
Saat musim kering, ketebalan rata-rata paruh meningkat, kemudian mengecil kembali selama musim hujan. Keluarga Grant mengaitkan perubahan itu dengan ketersediaan relatif biji-bijian kecil dari tahun ke tahun. Burung-burung dengan paruh yang lebih kuat mungkin memiliki keuntungan lebih selama musim kering, ketika kelangsungan hidup dan reproduksi bergantung pada kemampuan untuk memecah biji-bijian besar. Sebaliknya, paruh yang lebih kecil tampaknya merupakan perkakas yang lebih efisien untuk memakan biji-bijian yang lebih kecil yang produksinya berlimpah selama musim hujan.
Dari penelitian keluarga Grant mengenai evolusi paruh, memperkuat pendapat yang mengatakan bahwa seleksi alam tergantung pada situasi: Apa yang bekerja paling baik pada konteks lingkungan tertentu bisa jadi kurang sesuai dalam situasi yang berbeda. Juga penting untuk dipahami bahwa evolusi paruh di Daphne Major tidak dihasilkan oleh pewarisan sifat-sifat yang didarat. Lingkungan tidak menciptakan paruh yang memiliki spesialisasi untuk memakan biji-bijian yang lebih besar atau yang lebih kecil, bergantung pada curah hujan tahunan. Lingkungan hanya bekerja pada variasi yang didapatkan dalam populasi, yang lebih menguntungkan kelangsungan hidup dan keberhasilan reproduksi beberapa individu dibandingkan dengan individu yang lain.[10]  
 Genetika Persamaan
Menurut psikologi evolusi, kesamaan-kesamaan antara manusia sebagian berkaitan dengan karakter genetis yang berkembang selama sejarah evolusi spesies kita. Evolusi (evolution) pada dasarnya merupakan perubahan frekuensi munculnya gen dalam suatu populasi, suatu perubahan yang secara umum berlangsung pada banyak generasi. Perubahan-perubahan yang berlangsung pada suatu spesies tertentu tersebut apabila terjadi perubahan yang cukup besar, maka akan mengakibatkan terbentuknya spesies baru.
Salah satu alasan terjadinya perubahan tersebut antara lain adalah sebagai berikut. Jika selama pembelahan sel-sel yang menghasilkan sperma dan telur terjadi kesalahan dalam menyalin rangkaian DNA yang asli, gen-gen itu secara spontan dapat berubah atau mengalami mutasi.
Di samping itu, selama masa pembentukan sperma atau telur, sebagian kecil materi genetis saling bertukar tempat dari satu pasangan kromosom ke pasangan kromosom lain, sebelum terjadinya pembelahan sel. Kemudian terjadinya mutasi gen dan pengombinasian ulang susunan material dari gen tersebut, terbentuklah variasi-variasi genetis baru.
Menurut prinsip seleksi alam (natural selection), nasib dari variasi-variasi gen ini tergantung pada lingkungan. Jadi jika dalam suatu lingkungan tertentu, individu-individu yang memiliki sifat-sifat genetis tertentu cenderung lebih berhasil dibandingkan individu-individu lain yang memiliki sifat-sifat genetis berbeda dalam hal bertahan hidup, baik itu dalam hal mencari makanan, bertahan terhadap tempaan cuaca, atau mengalahkan musuh, maka semakin lama gen-gen mereka akan menjadi lebih banyak ditemui di dalam populasinya.
Warisan Kita Sebagai Manusia: Bahasa
Bahasa adalah seperangkat aturan untuk menggabungkan unsur-unsur yang tak bermakna seperti suara atau isyarat sehingga menjadi suatu rangkaian kata atau ungkapan berstruktur yang mengandung arti. Bahasa memungkinkan manusia untuk mengekpresikan dan memahami sejumlah ungkapan-ungkapan tak terbatas yang dibuat pada suatu saat tertentu.
Seorang ahli bahasa bernama Noam Chomsky mengemukakan berbagai bukti bahwa bahasa merupakan pembawaan sejak lahir. Namun, masih banyak ahli bahasa lain yang masih berpendapat bahwa pengalamanlah yang lebih besar pengaruhnya. Maka dari itu, perkembangan berbahasa tergantung dari kematangan biologis dan pengalaman sosial.
Warisan Kita Sebagai Manusia: Berpasangan dan Berhubungan Seksual
Menurut para ahli sosiobiologi dan para ahli psikologi evolusi, sebagai reaksi terhadap berbagai masalah kelangsungan hidup, manusia telah mengembangkan sejumlah strategi seksual dan strategi berpasangan yang berbeda, dalam bentuk berbagai aturan dan banyak aspek dalam kehidupan bermasyarakat. Para ahli berpendapat, pria lebih mungkin beradaptasi jika memiliki sifat tidak memilih-milih pasangan. Sedangkan wanita cenderung berlaku monigami, bersikap pemilih terhadap terhadap pasangannya, dan lebih memilih keamanan daripada kesenangan baru.
Perbedaan Genetis
Adanya variasi dalam suatu spesies menimbulkan sebuah pertanyaan besar, apakah perbedaan tersebut disebabkan oleh factor genetis ataukah oleh pengalaman dan motivasi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut para ahli genetika perilaku menghitung statistic yang disebut heritabilitas (heritability) yang memperkirakan proporsi dari total varians suatu sifat yang dapat dijelaskan melalui variasi genetis dalam suatu kelompok.
Berikut adalah fakta-fakta mengenai heritabilitas: (1) Perkiraan mengenai pewarisan suatu sifat hanya dapat diterapkan terhadap kelompok khusus yang berdiam di dalam lingkungan khusus; (2) Perkiraan pewarisan suatu bawaan tidak dapat diterapkan ke setiap individu tapi hanya dapat diterapkan ke variasi-variasi dalam sebuah kelompok; (3) Sifat yang sangat dapat diwariskan atau diturunkan pun dapat dimodifikasi oleh lingkungan.
Keragaman Manusia: Masalah Inteligensi
Dalam penelitian mengenai sifat yang diwariskan, pengukuran terhadap fungsi intelektual biasanya menggunakan IQ (intelligence quotient), atau skor IQ. Dalam penelitian perkiraan sumbangan faktor keturunan terhadap intelegensi adalah sekitar 0,40 hingga 0,50 untuk anak-anak dan remaja, serta 0,60 hingga 0,80 untuk orang dewasa. Dibandingkan kembar fraternal, kembar identik lebih menunjukkan kesamaan. Demikian pula dengan anak-anak adopsi, biasanya mereka menunjukan hubungan skor yang lebih tinggi dengan orang tua biologisnya dibandingkan dengan orang tua angkatnya. Akan tetapi hal tersebut tidak berarti bahwa gen menentukan inteligensi, karena varian sisa dari skor-skor IQ yang ada pasti sebagian besar dipengaruhi pula oleh lingkungan.
Di Balik Perdebatan Antara Nature dan Nurture
Faktor keturunan maupun lingkungan saling berinteraksi untuk menghasilkan perpaduan kualitas yang unik, yaitu manusia. Aktif tidaknya suatu gen, tergantung pada pengalaman yang dimiliki dan aktifitas dari gen-gen lain. Aktifitas gen juga bervariasi akibat proses biokimia acak yang terjadi di dalam badan sel, yang disebut sebagai noise. Akibat noise itulah, baik kembar identik bahkan hasil cloning sekalipun, spesies yang sama secara genetis, yang tinggal di lingkungan yang sama, dapat memiliki penampilan dan perilaku yang berbeda. Pemilihan waktu dan pola aktifitas genetis merupakan hal yang penting, tidak hanya sebelum lahir, namun juga sepanjang hidup. Ini berarti bahwa genom bukanlah suatu design yang statis bagi perkembangan, namun merupakan suatu jaringan kerja dari berbagai pengaruh yang dinamis.
C. Peranan lingkungan dalam pembawaan
Dalam proses perkembangan manusia lingkungan ini merupakan factor yang penting setelah factor pembawaan. Tanpa adanya dukungan dari factor lingkungan, maka proses perkembangan dalam mewujudkan potensi pembawaan kenyataan nyata tidak akan terjadi. Oleh karena itu, fungsi atau peranan lingkungan ini dalam proses perkembangan dapat dikatakan sebagai factor ajar, yaitu factor yang akan mempengaruhi perwujudan suatu potensi secara baik atau tidak baik sebab pengaruh lingkungan dalam hal ini dapat bersifat positif yang berarti pengaruh yang baik dan sangat menunjang perkembangan suatu potensi atau bersifat negative yaitu pengaruh lingkungan itu tidak baik dan akan menghmbat atau merusak perkembangan. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas utama seorang pendidik (orang tua atau pendidik) untuk menciptakan atau menyediakan lingkungan yang positif agar dapat menunjang perkebangan si anak dan berusaha untuk mengawasi dan menghindarkan pengaruh lingkungan yang negative yang dapat menghambat perkembangan anak.
D. Teori lingkungan dan pembawaan terhadap perkembangan manusia
1. teori nativisme
Teori ini dipelopori oleh athur Schopenhauer menyatakan bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh nativus atau factor-faktor bawaan manusia sejak dilahirkan. Manusia memiliki sifat – sifat tertentu sejak dilahirkan yang mempengaruhi  dan menentukan keadaan individu yang bersangkutan. Mengabaikan factor lingkungan pendidikan karena dianggap tidak berpengaruh terhadap perkembangan manusia.
2. teori empirisme
Teori ini dipelopori oleh john locke, memandang bahwa perkembangan individu dipengaruhi dan ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama perkembangan mulai dari lahir hingga dewasa. Teori ini memandang bahwa pengalaman adalah termasuk pendidikan dan pergaulan.  Penjelasan teori ini adalah bahwa manusia pada dasarnya merupakan kertas putih yang belum ada  warna dan tulisannya akan menjadi apa nantinya manusia itu bergantung pada apa yang akan dituliskan. Teori ini optimis terhadap pendidikan, bahkan pendidikan adalah factor terpenting menentukan perkembangan manusia.
3.teori konvergensi
Teori ini merupakan gabungan dari kedua teori di atas yang menyatkan bahwa pembawaan dan pengalaman memiliki peranan penting dalam mempengaruhi dan menentukan perkembangan individu. Asumsi  teori ini berdasarkan pada eksperimen William stern terhadap dua anak kembar. Anak kembar memilki sifat keturunan yang sama,namun setelah dipisahkan dalam lingkungan yang berbeda  anak kembar tersebut ternyata memiliki sifat yang berbeda. Dari sinilah  maka teori ini menyimpulkan bahwa sifat keturunan atau pembawaan bukanlah factor mayor yang menentukan perkembangan individu tapi turut juga didukung oleh factor lingkungan.   
 KESIMPULAN
Genetika adalah ilmu yamg mempelajari tentang sifat atau karakter yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara turun temurun. Lingkungan adalah unsur biologi, fisika, dan kimia yang selalu ada sekitar makhluk hidup atau keseluruhan faktor biotik, iklim, tanah, cahaya, suhu, kelembaban udara yang mengelilingi suatu makhluk hidup. Sedangkan evolusi adalah suatu perubahan atau pertumbuhan, secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang cukup lama. Hubungan antara genetika dengan evolusi tercermin dari variasi genetik sebagai salah satu faktor penyebab evolusi. Variasi genetik dalam populasi yang merupakan gambar dari adanya perbedaan respon individu-individu terhadap lingkungan. Lingkungan sebagai tempat hidup mempengaruhi frekuensi suatu sifat yang dapat diturunkan dalam populasi. Dalam setiap generasi, faktor lingkungan menyaring variasi yang dapat diwariskan, yang lebih menguntungkan suatu variasi tertentu atas variasi yang lain.



[1] Drs. Rosman Yunus, M. A, Ed dkk, Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam, (Jakarta: Prestasi, 2006), hlm 56.
[2] Tim Reality, Kamus Biologi Edisi Lengkap, (Surabaya: Reality Publisher, 2009), hlm 367.
[3] Drs. Rosman Yunus, Op. Cit. , hlm. 20.
[4] Campbell, Biologi, edisi kelima-jilid 2. (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm 5.
[6] Drs. Rosman Yunus, Op. Cit. , hlm.124
[7] http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/20/variasi-genetik-sebagai-dasar-evolusi-mutasi-gen-frekuensi-gen-dalam-populasi-dan-hukum-hardy-weinberg-2/
[8] Campbell , Op Cit, hlm. 12
[9] Ibid, hlm. 34-35
[10]Ibid. hlm. 13-14









DAFTAR PUSTAKA



Campbell. Biologi, Edisi Kelima-Jilid 2. Jakarta: Erlangga. 2003.
Tim Reality. Kamus Biologi Edisi Lengkap. Surabaya: Reality Publisher. 2009.
Yunus, Rosman, dkk. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam. Jakarta: Prestasi. 2006.
http://www.google.co.id/images?um=1&hl=id&client=firefoxa&rls=org.mozilla%3AenUS%3Aofficial&channel=s&biw=1024&bih=578&tbs=isch%3A1&sa=1&=belalang+daun+hijau&aq=f&aqi=&aql=&oq=









0 Responses

Posting Komentar