A.
Pengertian genetika, lingkungan dan evolusi
Gen adalah untuk dasar dari
hereditas, yang terletak dalam kromosom dan juga merupakan unit dasar dari
keturunan yang tersusun atas DNA dan menentukan struktur protein-protein. Genetika adalah ilmu yamg
mempelajari tentang sifat atau karakter yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya secara turun temurun. Penurunan sifat dan karakter itu
melalui gen yang terdapat dalam kromosom di dalam inti sel. Bahan
dasar inti sel (nukleus) adalah protein khas yang disebut protein
inti atau nucleoprotein. Nucleoprotein dibangun oleh
senyawa protein dan asam inti atau Asam Dioksiribo
Nukleat (DNA) dan Asam Ribo Nukleat (RNA).[1]
Lingkungan adalah istilah yang mencakup segala
segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada dibumi atau bagian dari
bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.
Lingkungan adalah semua kondisi didalam dan di luar organism yang berpengeruh terhadap perilaku
kita, perkembangan atau proses hidup kecuali gen dan bahkangen dapat
dipertimbangakan untuk menyediakan lingkungan untuk gen lain(sartain,dkk).
Lingkungan terbagi menjadi dua,yaitu :
Lingkungan
internal , terdiri dari kondisi organ dan material dalam diri seseorang,
seperti :gizi,vitamin susu,system urat saraf,motivasi,kemauan dsb. Lingkungan
luar ialah lingkungan alam (natural environment) meliputi suhu,iklim,geografis,
waktu pagi dan siang. dan lingkungan
social (social environment) dapat berupa orang atau pribadi seseorang,
sekumpulan orang seperti keluarga,masyarakat,teman sepermainan dan organisasi. lingkungan adalah unsur biologi,
fisika, dan kimia yang selalu ada sekitar makhluk hidup atau keseluruhan faktor
biotik, iklim, tanah, cahaya, suhu, kelembaban udara yang mengelilingi suatu
makhluk hidup.[2]
Lain lagi dengan evolusi, evolusi merupakan kata umum
yang menunjukkan suatu perubahan atau pertumbuhan, secara berangsur-angsur
dalam jangka waktu yang cukup lama. Perubahan tersebut dapat terjadi karena
alam maupun rekayasa manusia.[3]
Evolusi mengacu pada proses yang telah mengubah bentuk
kehidupan di atas bumi sejak bentuknya yang paling awal sampai membentuk
keanekaragaman yang sangat luas seperti apa yang bisa ditemui saat ini.[4]
Sebelum membahas tentang ketiganya, secara umum evolusi
menjelaskan terjadinya perubahan pada makhluk hidup yang menyimpang dari
struktur alam dalam jumlah yang banyak serta beraneka ragam dan kemudian
menyebabkan terjadinya dua kemungkinan, yang pertama adalah makhluk
hidup yang berubah akan mampu bertahan dan tidak punah atau disebut juga
istilah evolusi progresif. Sedangkan kemungkinan atau opsi yang
kedua adalah makhluk hidup berubah atau berevolusi dan gagal bertahan
hidup yang akhirnya punah atau disebut juga dengan evolusi regresif.[5]
B.
Hubungan genetika dan lingkungan dengan evolusi
Genetika sebuah ilmu tentang penurunan sifat yang
diperkenalkan pertama kali oleh Gregory Mendel membantu para para ilmuwan untuk
mengidentifikasi tentang kebenaran terjadinya evolusi.
Dalam genetika dibahas variasi genetik sebagai salah satu
faktor penyebab evolusi. Variasi genetik dalam populasi yang merupakan gambaran
dari adanya perbedaan respon individu-individu terhadap lingkungan adalah bahan
dasar dari perubahan adaptif. Suatu populasi terdiri dari sejumlah individu.
Dengan suatu kekecualian, maka tidak ada dua individu yang serupa. Pada
populasi manusia dapat kita lihat dengan mudah adanya perbedaan-perbedaan
individu semisal dipunyainya ciri-ciri anatomi, fisiologi dan kelakuan yang
khusus. Dengan demikian, populasi terdiri dari sejumlah individu yang memiliki
sifat penting tetapi berbeda satu sama lain di dalam berbagai hal.
Bagaimana hubungan evolusi diantara spesies dapat diketahui?
Hubungan evolusi diantara spesies dicerminkan dalam DNA dan proteinnya
(pembahasan dalam genetika). Jika dua spesies memiliki pustaka gen dan protein
dengan urutan monomer yang sangat bersesuaian, urutan itu pasti disalin dari
nenek moyang yang sama. Sama halnya jika diibaratkan sebagai dua buah paragraf
dengan panjang yang sama meskipun ada penggantian satu atau dua huruf di
beberapa tempat, tentunya kita akan mengatakan bahwa paragraf itu berasal dari
satu sumber yang sama.[6]
Fenotipe suatu individu organisme dihasilkan
dari genotipe dan pengaruh lingkungan organisme tersebut. Variasi
fenotipe yang substansial pada sebuah populasi diakibatkan oleh perbedaan
genotipenya. Sintesis evolusioner modern mendefinisikan evolusi sebagai
perubahan dari waktu ke waktu pada variasi genetika ini. Frekuensi alel
tertentu akan berfluktuasi, menjadi lebih umum atau kurang umum relatif
terhadap bentuk lain gen itu. Gaya dorong evolusioner bekerja dengan mendorong
perubahan pada frekuensi alel ini ke satu arah atau lainnya. Variasi menghilang
ketika sebuah alel mencapai titik fiksasi, yakni ketika ia menghilang dari suatu populasi ataupun ia
telah menggantikan keseluruhan alel leluhur.
Variasi berasal dari mutasi bahan
genetika, migrasi
antar populasi (aliran gen), dan perubahan susunan gen melalui reproduksi
seksual. Variasi
juga datang dari tukar ganti gen antara spesies yang berbeda: contohnya melalui
transfer gen horizontal pada bakteria dan hibridisasi pada
tanaman. Walaupun terdapat variasi yang terjadi secara terus menerus melalui
proses-proses ini, kebanyakan genom spesies adalah identik pada seluruh
individu spesies tersebut. Namun, bahkan perubahan kecil pada genotipe dapat
mengakibatkan perubahan yang dramatis pada fenotipenya. Misalnya,
simpanse dan manusia hanya berbeda pada 5% genomnya.
Perbedaan-perbedaan diatas dapat kita lihat dengan nyata dan
dapat pula sangat samar-samar. Dengan demikian, jika terjadi suatu
seleksi yang menentang beberapa varian dan seleksi menguntungkan untuk
varian lain didalam suatu populasi, maka komposisi kesehatan dari populasi itu
dapat berubah dengan berjalannya waktu, sebab sifat dari populasi itu
ditentukan oleh induvidu didalamnya. Secara umum variasi genetik dapat
dibedakan menjadi 5 penyebab (agensia evolutif), yakni mutasi rekombinasi gen, genetic
drift, gen flow dan seleksi alam.[7]
Hubungan
Antara Gen, Evolusi dan Lingkungan
-
Hubungan genetika dan lingkungan dengan evolusi Secara umum evolusi menjelaskan
terjadinya perubahan pada mahluk hidup yang menyimpang dari struktur alam dalam
jumlah yang banyak serta beraneka ragam dan kemudian menyebabkan terjadinya dua
kemungkinan adalah mahkluk berubah akan mampu bertahan dan tidak punah atau
disebut juga istilah evolusi progresif, sedangkan kemungkinan yang kedua mahluk
hidup berubah atau berovolusi dan gagal bertahan hidup yang akhirnya punah atau
disebut juga dengan evolusi regresif.
- Hubungan Genetika dengan Evolusi Genetika
adalah sebuah ilmu tentang penurunan sifat yang di perkenalkan pertama kali
oleh Gregory Mendel mambantu para ilmuan untuk mengidentifikasi tentang
kebenaran terjadinya evolusi. Dalam genetika di bahas variasi genetic sebagai
salah satu faktor penyebab evolusi. Variasi genetic dalam populasi yang merupakan
gambaran dari adanya perbedaan respon individual terhadap lingkungan adalah
bahan dasar dari perubahan adaptif. Suatu populasi terdiri dari sejumlah
individu. Dengan suatu kekecualian, maka tidak ada dua individu yang serupa.
Pada populasi manusia dapat kita lihat dengan mudah adanya perbedaan individu
semisal ciri-ciri anatomi, fisiologi dan kelakuan yang khusus. Dengan demikian,
populasi terdiri dari sejumlah individu yang memiliki sifat penting tetapi
berbeda satu sama lain di dalam berbagai hal. Hubungan evolusi antara spesis di
cerminkan dalam DNA dan proteinnya. Jika dua spesis memiliki pustaka gen dan
protein dengan urutan monomer yang sangat bersesuaian, urutan itu pasti di
salin dari nenek moyang yang sama.
Hubungan Linvgkungan dengan Evolusi Dalam teori
evolusi Darwin, yang yang sangat berpengaruh dalam evolusi adalah seleksi alam
yang tidak lansung berhubungan dengan lingkungan. Lingkungan sebagai tempat
hidup mempengaruhi frekuensi suatu sifat yang dapat diturunkan dalam populasi.
Seleksi alam adalah keberhasilan yang berbeda dalam revroduksi ( kemampuan
individu yang tidak sama untuk bertahan hidup dan bereproduksi). Seleksi alam
terjadi melalui suatu interaksi antara lingkungan dan keanekaragaman yang
melekat diantara individu organisme yang menyusun suatu reproduksi. Produksi
individu yang lebih banyak di bandingkan dengan yang dapat di dukung oleh
lingkungan akan mengakibatkan adanya persaingan untuk mempertahankan keberadaan
individu dalam populasi itu. Sehingga hanya sebahagian yang mampu bertahan pada
setiap generasi. Individu yang mewarisi sifat-sifat baik yang membuat individu.
Individu tersebut cocok dengan lingkungannya kemungkinan besar akan
menghasulkan keturunan di bandingkan individu yang kurang cocok sifatnya
terhadap lingkungannya. Kemudian secara bertahap dalam populasi dan sifat-sifat
menguntungkan akan berakumulasi sepanjang generasi, itulah evolusi. Seleksi
alam dapat mempengaruhi frekuensi suatu sifat yang diturunkan dalam populasi
melalui 3 cara yakni, seleksi penstabilan, direksional dan pendifersifikasian.
Contoh : Burung Galapagos terhadap sumber makanan yang berbeda.
Dalam teori evolusi Darwin, hal yang sangat berpengaruh
dalam evolusi adalah seleksi alam yang secara tidak langsung berhubungan dengan
lingkungan. Lingkungan sebagai tempat hidup mempengaruhi frekuensi suatu sifat
yang dapat diturunkan dalam populasi.
Seleksi alam adalah keberhasilan yang berbeda dalam
reproduksi (kemampuan individu yang tidak sama untuk bertahan hidup dan
bereproduksi). Seleksi alam terjadi melalui suatu interaksi antara lingkungan
dam keanekaragaman yang melekat diantara individu organisme yang menyusun suatu
reproduksi.
Produksi individu yang lebih banyak dibandingkan dengan yang
dapat didukung oleh lingkungan akan mengakibatkan adanya persaingan untuk
mempertahankan keberadaan individu di dalam populasi itu, sehingga hanya
sebagian keturunan yang dapat bertahan hidup pada setiap generasi. Selain itu,
kelangsungan hidup dalam perjuangan untuk mempertahankan hidup tidak terjadi
secara acak, tetapi bergantung sebagian pada susunan sifat yang terawarisi dari
individu yang bertahan hidup. Individu yang mewarisi sifat-sifat baik yang
membuat individu-individu tersebut cocok dengan lingkungannya, besar
kemungkinan akan menghasilkan lebih banyak keturunan dibandingkan dengan
individu yang kurang cocok sifatnya terhadap lingkungannya. Kemudian, kemampuan
setiap individu untuk bertahan hidup dan bereproduksi yang tidak sama ini akan
mengakibatkan suatu perubahan secara bertahap dalam suatu populasi dan
sifat-sifat menguntungkan akan berakumulasi sepanjang generasi, itulah evolusi.[8]
Dalam setiap generasi, faktor lingkungan menyaring variasi
yang dapat diwariskan, yang lebih menguntungkan suatu variasi tertentu atas
variasi yang lain. Akan tetapi, dapatkah sesungguhnya seleksi menyebabkan
perubahan besar dalam suatu populasi?
Seleksi alam dapat mempengaruhi frekuensi suatu sifat yang
dapat diturunkan dalam suatu populasi dalam tiga cara berbeda, tergantung pada
fenotipe mana yang lebih disukai dalam suatu populasi yang beraneka ragam.
Ketiga cara seleksi ini disebut sebagai seleksi penstabilan, seleksi
direksional dan seleksi pendifersifikasian.
Seleksi
penstabilan
bekerja terhadap fenotipe ekstrim
dan menyukai varian antara yang lebih umum. Cara seleksi ini mengurangi variasi
dan mempertahankan keadaan yang tetap (Status Quo) pada suatu waktu tertentu
untuk suatu sifat fenotipik khusus.
Seleksi
direksional
paling umum ditemukan selama periode perubahan lingkungan atau ketika anggota
suatu populasi termigrasi ke beberapa habitat baru dengan keadaan lingkungan
yang berbeda.
Seleksi
pendiversifikasian
terjadi ketika keadaan lingkungan bervariasi sehingga individu pada kedua
ekstrim suatu kisaran fenotipe antara lebih disukai.[9]
Mengenai seleksi alam, yang harus diketahui adalah bahwa seleksi
alam hanya akan memperbesar atau memperkecil variasi yang dapat diwariskan.
Seperti yang telah kita lihat, suatu organisme bisa dimodifikasi melalui
hal-hal yang dialaminya sendiri selama masa hidupnya, dan ciri yang didapatkan
seperti itu bahkan mungkin lebih mengadaptasikan organisme tersebut dengan
lingkungannya, tetapi tidak ada bukti bahwa ciri-ciri atau sifat-sifat yang
didapat selama masa hidup itu dapat diwariskan. Kita harus membedakan antara
adaptasi yang didapatkan oleh organisme melalui tindakannya sendiri dan
adaptasi yang diwariskan yang berkembang dalam suatu populasi selama beberapa
generasi sebagai akibat dari seleksi alam.
Contoh kerja seleksi alam dapat dilihat dalam adaptasi
evolusioner burung finch Galapagos terhadap sumber makanan yang berbeda.
Selama lebih dari 20 tahun, Peter dan Rosemary Grant dari Princeton University
telah mempelajari populasi burung frinch darat berukuran sedang di
Daphne Major (sebuah pulau kecil di Galapagos). Burung-burung tersebut
menggunakan paruhnya yang kuat untuk menghancurkan biji-bijian. Burung-burung
tersebut lebih senang memakan biji kecil, yang dihasilkan secara berlimpah oleh
spesies tumbuhan tertentu selama tahun-tahun yang banyak curah hujannya. Pada
tahun-tahun kering, biji-bijian itu berkurang produksinya dan burung finch terpaksa
memakan biji-bijian kecil dan yang lebih besar yang jauh lebih sulit untuk
dihancurkan. Ternyata keluarga Grant menemukan bahwa ketebalan rata-rata paruh
(atas dan bawah) pada populasi burung finch berubah seiring dengan
perubahan tahun.
Saat musim kering, ketebalan rata-rata paruh meningkat,
kemudian mengecil kembali selama musim hujan. Keluarga Grant mengaitkan
perubahan itu dengan ketersediaan relatif biji-bijian kecil dari tahun ke
tahun. Burung-burung dengan paruh yang lebih kuat mungkin memiliki keuntungan
lebih selama musim kering, ketika kelangsungan hidup dan reproduksi bergantung
pada kemampuan untuk memecah biji-bijian besar. Sebaliknya, paruh yang lebih
kecil tampaknya merupakan perkakas yang lebih efisien untuk memakan biji-bijian
yang lebih kecil yang produksinya berlimpah selama musim hujan.
Dari penelitian keluarga Grant mengenai evolusi paruh,
memperkuat pendapat yang mengatakan bahwa seleksi alam tergantung pada situasi:
Apa yang bekerja paling baik pada konteks lingkungan tertentu bisa jadi kurang
sesuai dalam situasi yang berbeda. Juga penting untuk dipahami bahwa evolusi
paruh di Daphne Major tidak dihasilkan oleh pewarisan sifat-sifat yang didarat.
Lingkungan tidak menciptakan paruh yang memiliki spesialisasi untuk memakan
biji-bijian yang lebih besar atau yang lebih kecil, bergantung pada curah hujan
tahunan. Lingkungan hanya bekerja pada variasi yang didapatkan dalam populasi,
yang lebih menguntungkan kelangsungan hidup dan keberhasilan reproduksi
beberapa individu dibandingkan dengan individu yang lain.[10]
Genetika Persamaan
Menurut psikologi evolusi,
kesamaan-kesamaan antara manusia sebagian berkaitan dengan karakter genetis
yang berkembang selama sejarah evolusi spesies kita. Evolusi (evolution)
pada dasarnya merupakan perubahan frekuensi munculnya gen dalam suatu populasi,
suatu perubahan yang secara umum berlangsung pada banyak generasi. Perubahan-perubahan
yang berlangsung pada suatu spesies tertentu tersebut apabila terjadi perubahan
yang cukup besar, maka akan mengakibatkan terbentuknya spesies baru.
Salah satu alasan terjadinya
perubahan tersebut antara lain adalah sebagai berikut. Jika selama pembelahan
sel-sel yang menghasilkan sperma dan telur terjadi kesalahan dalam menyalin
rangkaian DNA yang asli, gen-gen itu secara spontan dapat berubah atau
mengalami mutasi.
Di samping itu, selama masa
pembentukan sperma atau telur, sebagian kecil materi genetis saling bertukar
tempat dari satu pasangan kromosom ke pasangan kromosom lain, sebelum
terjadinya pembelahan sel. Kemudian terjadinya mutasi gen dan pengombinasian
ulang susunan material dari gen tersebut, terbentuklah variasi-variasi genetis
baru.
Menurut prinsip seleksi alam (natural
selection), nasib dari variasi-variasi gen ini tergantung pada lingkungan.
Jadi jika dalam suatu lingkungan tertentu, individu-individu yang memiliki
sifat-sifat genetis tertentu cenderung lebih berhasil dibandingkan
individu-individu lain yang memiliki sifat-sifat genetis berbeda dalam hal
bertahan hidup, baik itu dalam hal mencari makanan, bertahan terhadap tempaan
cuaca, atau mengalahkan musuh, maka semakin lama gen-gen mereka akan menjadi
lebih banyak ditemui di dalam populasinya.
Warisan Kita Sebagai Manusia:
Bahasa
Bahasa adalah seperangkat aturan
untuk menggabungkan unsur-unsur yang tak bermakna seperti suara atau isyarat
sehingga menjadi suatu rangkaian kata atau ungkapan berstruktur yang mengandung
arti. Bahasa memungkinkan manusia untuk mengekpresikan dan memahami sejumlah
ungkapan-ungkapan tak terbatas yang dibuat pada suatu saat tertentu.
Seorang ahli bahasa bernama Noam
Chomsky mengemukakan berbagai bukti bahwa bahasa merupakan pembawaan sejak
lahir. Namun, masih banyak ahli bahasa lain yang masih berpendapat bahwa
pengalamanlah yang lebih besar pengaruhnya. Maka dari itu, perkembangan
berbahasa tergantung dari kematangan biologis dan pengalaman sosial.
Warisan Kita Sebagai Manusia:
Berpasangan dan Berhubungan Seksual
Menurut para ahli sosiobiologi
dan para ahli psikologi evolusi, sebagai reaksi terhadap berbagai masalah
kelangsungan hidup, manusia telah mengembangkan sejumlah strategi seksual dan
strategi berpasangan yang berbeda, dalam bentuk berbagai aturan dan banyak
aspek dalam kehidupan bermasyarakat. Para ahli berpendapat, pria lebih mungkin
beradaptasi jika memiliki sifat tidak memilih-milih pasangan. Sedangkan wanita
cenderung berlaku monigami, bersikap pemilih terhadap terhadap pasangannya, dan
lebih memilih keamanan daripada kesenangan baru.
Perbedaan Genetis
Adanya variasi dalam suatu
spesies menimbulkan sebuah pertanyaan besar, apakah perbedaan tersebut
disebabkan oleh factor genetis ataukah oleh pengalaman dan motivasi? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut para ahli genetika perilaku menghitung statistic
yang disebut heritabilitas (heritability) yang memperkirakan proporsi
dari total varians suatu sifat yang dapat dijelaskan melalui variasi genetis
dalam suatu kelompok.
Berikut adalah fakta-fakta
mengenai heritabilitas: (1) Perkiraan mengenai pewarisan suatu sifat hanya
dapat diterapkan terhadap kelompok khusus yang berdiam di dalam lingkungan
khusus; (2) Perkiraan pewarisan suatu bawaan tidak dapat diterapkan ke setiap
individu tapi hanya dapat diterapkan ke variasi-variasi dalam sebuah kelompok;
(3) Sifat yang sangat dapat diwariskan atau diturunkan pun dapat dimodifikasi
oleh lingkungan.
Keragaman Manusia: Masalah
Inteligensi
Dalam penelitian mengenai sifat
yang diwariskan, pengukuran terhadap fungsi intelektual biasanya menggunakan IQ
(intelligence quotient), atau skor IQ. Dalam penelitian perkiraan
sumbangan faktor keturunan terhadap intelegensi adalah sekitar 0,40 hingga 0,50
untuk anak-anak dan remaja, serta 0,60 hingga 0,80 untuk orang dewasa.
Dibandingkan kembar fraternal, kembar identik lebih menunjukkan kesamaan.
Demikian pula dengan anak-anak adopsi, biasanya mereka menunjukan hubungan skor
yang lebih tinggi dengan orang tua biologisnya dibandingkan dengan orang tua
angkatnya. Akan tetapi hal tersebut tidak berarti bahwa gen menentukan
inteligensi, karena varian sisa dari skor-skor IQ yang ada pasti sebagian besar
dipengaruhi pula oleh lingkungan.
Di Balik Perdebatan Antara
Nature dan Nurture
Faktor keturunan maupun
lingkungan saling berinteraksi untuk menghasilkan perpaduan kualitas yang unik,
yaitu manusia. Aktif tidaknya suatu gen, tergantung pada pengalaman yang
dimiliki dan aktifitas dari gen-gen lain. Aktifitas gen juga bervariasi akibat
proses biokimia acak yang terjadi di dalam badan sel, yang disebut sebagai
noise. Akibat noise itulah, baik kembar identik bahkan hasil cloning sekalipun,
spesies yang sama secara genetis, yang tinggal di lingkungan yang sama, dapat
memiliki penampilan dan perilaku yang berbeda. Pemilihan waktu dan pola
aktifitas genetis merupakan hal yang penting, tidak hanya sebelum lahir, namun
juga sepanjang hidup. Ini berarti bahwa genom bukanlah suatu design yang statis
bagi perkembangan, namun merupakan suatu jaringan kerja dari berbagai pengaruh
yang dinamis.
C. Peranan lingkungan dalam
pembawaan
Dalam proses perkembangan
manusia lingkungan ini merupakan factor yang penting setelah factor pembawaan.
Tanpa adanya dukungan dari factor lingkungan, maka proses perkembangan dalam
mewujudkan potensi pembawaan kenyataan nyata tidak akan terjadi. Oleh karena
itu, fungsi atau peranan lingkungan ini dalam proses perkembangan dapat
dikatakan sebagai factor ajar, yaitu factor yang akan mempengaruhi perwujudan
suatu potensi secara baik atau tidak baik sebab pengaruh lingkungan dalam hal
ini dapat bersifat positif yang berarti pengaruh yang baik dan sangat menunjang
perkembangan suatu potensi atau bersifat negative yaitu pengaruh lingkungan itu
tidak baik dan akan menghmbat atau merusak perkembangan. Oleh karena itu, sudah
menjadi tugas utama seorang pendidik (orang tua atau pendidik) untuk
menciptakan atau menyediakan lingkungan yang positif agar dapat menunjang
perkebangan si anak dan berusaha untuk mengawasi dan menghindarkan pengaruh
lingkungan yang negative yang dapat menghambat perkembangan anak.
D. Teori lingkungan dan
pembawaan terhadap perkembangan manusia
1. teori nativisme
Teori ini dipelopori oleh athur Schopenhauer
menyatakan bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh nativus atau
factor-faktor bawaan manusia sejak dilahirkan. Manusia memiliki sifat – sifat
tertentu sejak dilahirkan yang mempengaruhi
dan menentukan keadaan individu yang bersangkutan. Mengabaikan factor
lingkungan pendidikan karena dianggap tidak berpengaruh terhadap perkembangan
manusia.
2. teori empirisme
Teori ini dipelopori oleh john
locke, memandang bahwa perkembangan individu dipengaruhi dan ditentukan oleh
pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama perkembangan mulai dari lahir
hingga dewasa. Teori ini memandang bahwa pengalaman adalah termasuk pendidikan
dan pergaulan. Penjelasan teori ini
adalah bahwa manusia pada dasarnya merupakan kertas putih yang belum ada warna dan tulisannya akan menjadi apa nantinya
manusia itu bergantung pada apa yang akan dituliskan. Teori ini optimis terhadap
pendidikan, bahkan pendidikan adalah factor terpenting menentukan perkembangan
manusia.
3.teori konvergensi
Teori ini merupakan gabungan
dari kedua teori di atas yang menyatkan bahwa pembawaan dan pengalaman memiliki
peranan penting dalam mempengaruhi dan menentukan perkembangan individu.
Asumsi teori ini berdasarkan pada
eksperimen William stern terhadap dua anak kembar. Anak kembar memilki sifat
keturunan yang sama,namun setelah dipisahkan dalam lingkungan yang berbeda anak kembar tersebut ternyata memiliki sifat
yang berbeda. Dari sinilah maka teori
ini menyimpulkan bahwa sifat keturunan atau pembawaan bukanlah factor mayor
yang menentukan perkembangan individu tapi turut juga didukung oleh factor
lingkungan.
KESIMPULAN
Genetika adalah ilmu yamg mempelajari tentang sifat atau
karakter yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara turun
temurun. Lingkungan adalah unsur biologi, fisika, dan kimia yang selalu ada
sekitar makhluk hidup atau keseluruhan faktor biotik, iklim, tanah, cahaya,
suhu, kelembaban udara yang mengelilingi suatu makhluk hidup. Sedangkan evolusi
adalah suatu perubahan atau pertumbuhan, secara berangsur-angsur dalam jangka
waktu yang cukup lama. Hubungan antara genetika dengan evolusi tercermin dari
variasi genetik sebagai salah satu faktor penyebab evolusi. Variasi genetik
dalam populasi yang merupakan gambar dari adanya perbedaan respon
individu-individu terhadap lingkungan. Lingkungan sebagai tempat hidup
mempengaruhi frekuensi suatu sifat yang dapat diturunkan dalam populasi. Dalam
setiap generasi, faktor lingkungan menyaring variasi yang dapat diwariskan,
yang lebih menguntungkan suatu variasi tertentu atas variasi yang lain.
[1]
Drs. Rosman Yunus, M. A, Ed dkk, Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan
Islam, (Jakarta: Prestasi, 2006), hlm 56.
[5]
http://slemgaul.wordpress.com/2009/04/07/jaringan-penguat/variasi genetik sebagai
dasar evolusi, mutasi gen, frekuensi gen dalam populasi dan hukum
hardy- weinberg.
[7]
http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/20/variasi-genetik-sebagai-dasar-evolusi-mutasi-gen-frekuensi-gen-dalam-populasi-dan-hukum-hardy-weinberg-2/
DAFTAR PUSTAKA
Campbell.
Biologi, Edisi Kelima-Jilid 2. Jakarta: Erlangga. 2003.
Tim
Reality. Kamus Biologi Edisi Lengkap. Surabaya: Reality Publisher. 2009.
Yunus,
Rosman, dkk. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam. Jakarta:
Prestasi. 2006.
http://slemgaul.wordpress.com/2009/04/07/jaringan-penguat/variasi genetik sebagai dasar evolusi, mutasi gen,
frekuensi gen dalam populasi dan hukum hardy- weinberg.
http://www.google.co.id/images?um=1&hl=id&client=firefoxa&rls=org.mozilla%3AenUS%3Aofficial&channel=s&biw=1024&bih=578&tbs=isch%3A1&sa=1&=belalang+daun+hijau&aq=f&aqi=&aql=&oq=
Posting Komentar