Setelah psikologi
berdiri sendiri, lambat laun para ahli psikologi mengembangkan sistematika dan
metode-metodenya sendiri, yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dengan
demikian timbul apa yang disebut aliran-aliran dalam psikologi Sejak jaman
dahulu aliran-aliran dalam satu bidang ilmu sangat penting artinya untuk
membina semangat para ahli dalam berkompetisi menermukan kebenaran, dan tak
kalah pentingnya dengan adanya aliran-aliran ini, para ahli dapat saling
melengkapi antara yang satu dengan yang lain. Aliran-aliran tersebut yaitu:
1. Strukturalisme
Aliran Strukturalis ini
merupakan suatu pendekatan ilmu humanis yang mencoba untuk menganalisis bidang
tertentu sebagai sistem kompleks yang saling berhubungan, misalnya mitologi.
Ferdinand de Saussure dianggap sebagai salah satu tokoh pada aliran ini. Aliran
ini kemudian diterapkan pula pada bidang lain, seperti sosiologi, antropologi,
psikologi, psikoanalisis , teori sastra dan arsitektur. .
Menurut Alison Assiter,
ada 4 ide umum mengenai strukturalisme sebagai bentuk ‘kecenderungan
intelektual’, yaitu:
·
struktur menentukan posisi setiap elemen
dari keseluruhan.
·
Kaum strukturalis percaya bahwa setiap
sistem memiliki struktur.
·
Kaum strukturalis tertarik pada
‘struktural’ hukum yang berhubungan dengan hidup berdampingan bukan perubahan.
·
Hal nyata yang terletak di bawah
permukaan atau memiliki makna tersirat.
Psikologi struktural
atau strukturalisme merupakan studi analitis tentang generalisasi pikiran
manusia dewasa melalui metode introspeksi. Dalam hal ini psikologi dimaksudkan
untuk mempelajari isi (konten) pikiran, sehingga sistem ini kadang juga disebut
dengan psikologi konten.
Pendekatan psikologi
stukturalisme berasal dari Wilhelm Wundt yang dipelopori di amerika oleh
muridnya Edward Bradford Titchener. Perlu ditekankan bahwa psikologi
strukturalisme ditemukan oleh Wundt sedangkan Titchener hanyalah satu
dari sekian banyak murid yang dimiliki oleh Wundt, tetapi Titchener-lah yang
berupaya membawa psikologi Wundt ke amerika dengan mempertahankan konsep aslinya.
Dalam konsep dan sistem
ini, Psikologi strukturalisme dari Wundt dan Titchener memiliki 3 tujuan :
1. Menggambarkan komponen-komponen kesadaran sebagai elemen-elemen dasar,
2. Menggambarkan kombinasi kesadaran sebagai elemen-elemen dasar tersebut, dan
3. Menjelaskan hubungan elemen-elemen kesadaran dengan sistem saraf
Kesadaran diatas
maksudnya pengalaman langsung. Pengalaman langsung yaitu pengalaman yang hal
itu dialami. Hal ini berbeda dengan pengalaman antara. Pengalaman antara yaitu
diwarnai oleh isi yang sudah ada dalam pikiran, seperti asosiasi sebelumnnya
dan kondisi emosional serta motivasional seseorang. Dengan demikian, pengalaman
langsung diasumsikan tidak dipengaruhi oleh pengalaman antara. Psikologi
strukturalisme berupaya mempertahankan integritas psikologi dengan
membedakannya dari fisika. Fisika mempelajari dunia fisik atau materi, tanpa
merujuk pada manusia dan melalui metode observasional berupa inspeksi yang
dikendalikan dengan hati-hati. Psikologi mempelajari dunia, dengan merujuk pada
manusia yang mengalami sesuatu, melalui metode observasional berupa introspeksi
terkontrol atas isi kesadaran.
B. Fungsionalisme
a. Konsep Fungsionalisme
Fungsionalisme yaitu
orientasi dalam psikologi yang menekankan pada proses mental dan menghargai
manfaat psikologi serta mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani
antara kebutuhan manusia dan lingkungannya.
Fungsionalisme memandang
bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah
adaptasi organisme biologis. Pendekatan fungsionalisme berlawanan dengan
pendahulunya, yaitu strukturalisme. Aliran fungsionalisme berbeda dengan
psikoanalisa, maupun psikologi analytis, aliran ini berpusat kepada seorang tokoh.
Fungsionalisme memiliki macam-macam tokoh antara lain Willian James, John
Dewey, J.R.Anggell dan James Mc.Keen Cattell .
b. Tokoh-tokoh
John Dewey (1859-1952
Ia adalah seorang guru
dan mendapat gelar PH.D dalam bidang filsafat. Ia kemudian mengajar di
University of Chicago dan ikut dalam perkembangan fungsionalisme di Chicago.
Tahun 1904 pindah ke Columbian University dan tinggal di sana hingga akhir
hayatnya.
Pandangan utamanya bahwa
sebuah aksi psikologis adalah suatu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipecah ke
dalamm bagian-bagian atau elemen (seperti yang dilakukan oleh strukturalisme).
Maka setiap psychological events tidak bisa dipandang sebagai konstruk-konstruk
abstrak. Akan lebih bermanfaat apabila difokuskan pada fungsi psy. Events
tersebut, yaitu dalam konteksnya sebagai adaptasi manusia.
James Rowland Angell (1867-1949)
Menurtnya Functional
psychology adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari
fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan
lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan mind and
body.
Harvey A. Carr (1873-1954)
Carr menggantikan Angell
sebagai Kepala Departemen Psikologi di Chicago setelah menerima gelar Ph.Dnya.
Bagi Carr, aspek penting dari psikologi adalah perilaku adaptif manusia. Ia
menjelaskan berbagai fungsi mental manusia (perception, learning, emotion dan
thinking )dengan kerangka berpikir perilaku adaptif manusia.
c. Ciri – ciri Fungsionalisme
Beberapa ciri khasnya, yaitu :
· Menekankan pada fungsi mental dibandingkan dengan elemen-elemen metal.
· Mampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan dalam hubungannya dengan
lingkungan adalah sesuatu yang terpenting.
· Sangat memandang penting aspek terapan atau fungsi dari psikologi itu
sendiri bagi berbagai bidang dan kelompok manusia.
· Aktivitas mental tidak dapat dipisahkan dari aktivitas fisik, maka stimulus
dan respons adalah suatu kesatuan.
· Psikologi sangat berkaitan dengan biologi dan merupakan cabang yang berkembang
dari biologi.
· Menerima berbagai metode dalam mempelajari aktivitas mental manusia, Metode
yang digunnakan sangat tergantung dari permasalahan yang dihadapi.
d. Metode – metode dalam Fungsionalisme
. Metode yang dipakai
oleh aliran fungsionalisme dikenal sebagai metode observasi tingkah laku dan
instropeksi .
1. Metode observasi tingkah laku terbagi
menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Metode Fisiologis
Menguraikan tingkah laku
dari sudut pandang anatomi dan ilmu faal. Jadi, mempelajari perilaku yang
dikaitkan dengan organ-organ tubuh dan sistem sarafnya.
b. Metode Variasi Kondisi
Tidak semua tingkah laku
manusia dapat dijelaskan dengan anatomi dan fisiologi, karena manusia mempunyai
sudut psikologis. Metode variasi kondisi iniah yang merupakan metode eksperimen
dari aliran fungsionalisme.
2. Metode Instrospeksi
Stimulus berasal dari
lingkungan secara alamiah, bisa pada banyak bagian sekaligus sehingga jiwa
menunjukkan fungsinya. Metode ini terlalu bersifat subjektif sehingga sulit di
sistematikan dan sulit dikuantitatifkan.
e. Aliran dalam Fungsionalisme
Fungsionalisme mempunyai 2 (dua) aliran,
namun pendiri fungsionalisme itu sendiri adalah :
1. Aliran Fungsionalisme Chicago
Tokoh Fungsionalisme di
Universitas Chicago, diantaranya:
a)
John Dewey (1859-1952)
Dewey berpendapat bahwa
segala pemikiran dan perbuatan harus selalu mempunyai tujuan, oleh karena
alasan itulah ia menentang teori elementarisme.
b. James Rowland Angell
James memiliki tiga pandangan terhadap fungsionalisme,
yaitu:
§ Fungsionalisme adalah psikologi tentang “mental
operation” (aktivitas bekerjanya jiwa) sebagai lawan dari psikologi tentang
elemen-elemen mental,
§ Fungsionalisme adalah psikologi tentang kegunaan
dasar-dasar kesadaran. Ini juga disebut sebagai teori emergensi dari kesadaran,
§ Fungsionalisme adalah psiko-phisik, yaiitu psikologi
tentang keseluruhan organisme yang terdiri dari badan dan jiwa.
2. Aliran Fungsionalisme Columbia
Ciri aliran ini adalah kebebasannya
meneliti tingkah laku yang dianggap sebagai kesatuan yang tak dapat dipisahkan
dan psikologi tak perlu ersifat deskriptif karena yang pentingadalah korelasi
tingkah laku dengan tingkah laku lain.
a. James MC Keen Cattel (1866-1944)
Keen Cattel mengusung
teori mengenai kebebasan dalam mempelajari tingkah laku. Ia mempunyai dua
pandangan mengenai aliran fungsionalisme, yaitu:
· Fungsionalisme tidak perlu menganut paham dualisme karena manusia dianggap
sebagai keseluruhan yang merupakan suatu kesatuan,
· Fungsionalisme tidak perlu deskriptif dalam mempelajari
tingkah laku, karena yang penting adalah fungsi tingkah laku. Sehingga yang
harus dipelajari adalah hubungan (korelasi) antara satu tingkah laku dengan
tingkah laku lainnya.
b.Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Thorndike lebih
menekankan penelitiannya pada cara dan dasar belajar. Dasar pembelajaran yaitu
asosiasi dan cara coba-salah (trial and error). Ia merumuskan beberapa prinsip:
· The Law of Effect yaitu hukum yang menyatakan intensitas hubungan antara
stimulus-respons akan meningkat jika mengalami keadaan yang menyenangkan,
sebaliknya akan melemah jika keadaan tak menyenangkan.
· The Law of Exercise atau The Law of use and disuse adalah hukum bahwa
stimulus-respons dapat timbul atau didorong dengan latihan berulangulang.
C. Psikoanalisis
a. Konsep psikianalisa
Sigmund Frued berasumsi
bahwa energi penggerak awal perilaku manusia berasal dari dalam dirinya yang
terletak jauh di alam bawah sadar. Di
antara kedua ekstrem tersebut bercecer aliran-aliran lain yang merupakan
konvergensi dari ke dua ekstrem tersebut.
Frued memfokuskan perhatiannya kepada totalitas kepribadian manusia, bukan kepada bagian-bagiannya yang terpisah. Dengan memfokuskan pada salah satu aliran saja diharapkan bisa mengenal lebih mendalam pemanfaatan psikologi bagi kehidupan.
Frued memfokuskan perhatiannya kepada totalitas kepribadian manusia, bukan kepada bagian-bagiannya yang terpisah. Dengan memfokuskan pada salah satu aliran saja diharapkan bisa mengenal lebih mendalam pemanfaatan psikologi bagi kehidupan.
Sebagaimana tubuh fisik
yang mempunyai struktur : kepala, kaki, lengan dan batang tubuh, Sigmund Frued,
berkeyakinan bahwa jiwa manusia juga mempunyai struktur, meski tentu tidak
terdiri dari bagian-bagian dalam ruang. Struktur
jiwa tersebut meliputi tiga instansi atau sistem yang berbeda. Keharmonisan dan
keselarasan kerja sama di antara ketiganya sangat menentukan kesehatan jiwa
seseorang. Ketiga sistem ini meliputi : Id, Ego, dan Superego.
1.Id
Frued
menggunakan istilah Id untuk menunjukkan wilayah ketidaksadaran manusia terhadap dirinya.
Id merupakan lapisan paling dasar dalam struktur psikis seorang manusia. Id
meliputi segala sesuatu yang bersifat impersonal atau anonim, tidak disengaja
atau tidak disadari, dalam daya-daya mendasar yang menguasai kehidupan psikis
manusia.
Pada
permulaan hidup manusia, kehidupan psikisnya hanyalah terdiri dari Id saja.
Pada janin dalam kandungan dan bayi yang baru lahir, hidup psikisnya seratus
prosen sama identik dengan Id. Id tersebut nyaris tanpa struktur apa pun dan
secara menyeluruh dalam keadaan kacau balau. Namun, Id itulah yang menjadi bahan baku bagi perkembangan
psikis lebih lanjut.
Id adalah bagian
kepribadian yang menyimpan dorongan biologis manusia – pusat insting. Ada dua
insting dominan, yakni :
1) Libido – instink reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk
kegiatan-kegiatan manusia yang konstruktif;
2) Thanatos – instink
destruktif dan agresif.
2.Ego
Ego
adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan manusia
untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan.
Aktivitas
Ego tampak dalam bentuk pemikiran-pemikiran yang objektif, yang sesuai dengan
dunia nyata dan mengungkapkan diri melalui bahasa. Ego juga mengontrol apa yang
akan masuk ke dalam kesadaran dan apa yang akan dilakukan. Jadi, Fungsi Ego
adalah menjaga integritas kepribadian dengan mengadakan sintesis psikis.
3.Superego
Superego
adalah sistem kepribadian terakhir yang ditemukan oleh Sigmund Frued. Sistem
kepribadian ini seolah-olah berkedudukan di atas Ego, karena itu dinamakan
Superego. Fungsinya adalah mengkontrol ego. Ia selalu bersikap kritis terhadap
aktivitas ego, bahkan tak jarang menghantam dan menyerang ego.
D. Gestalt
a. Konsep Gestalt
Psikologi Gestalt
merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala
sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi Gestalt
disebut sebagai phenomena (gejala). Phenomena adalah data yang paling
dasar dalam Psikologi Gestalt.
b. Tokoh –tokoh Gestalt
1. Max Wertheimer (1880-1943)
Max Wertheimer adalah
tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Ia mendapat
gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Konsep pentingnya: Phi
phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang
dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian
memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses
interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak
dan sama sekali bukan proses fisik tetapi prosesm mental sehingga diambil
kesimpulan ia menentang pendapat Wundt.
2. Kurt Koffka (1886-1941)
Teori Koffka tentang
belajar antara lain:
a)
Jejak ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman yang membekas di
otak.
b)
Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan.
c)
Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.
3. Wolfgang Kohler (1887-1967)
Menurut Kohler apabila organisme
dihadapkan pada suatu masalah atau problem, maka akan terjadi ketidakseimbangan
kogntitif, dan ini akan berlangsung sampai masalah tersebut terpecahkan. Karena
itu, menurut Gestalt apabila terdapat ketidakseimbangan kognitif, hal ini akan
mendorong organisme menuju ke arah keseimbangan.
4. Kurt Lewin (1890-1947)
. Konsep utama Lewin
adalah Life Space, yaitu lapangan psikologis tempat individu berada dan
bergerak. Salah suatu teori Lewin yang bersifat praktis adalah teori tentang
konflik. Akibat adanya vector-vector yang saling bertentangan dan tarik
menarik, maka seseorang dalam suatu lapangan psikologis tertentu dapat
mengalami konflik (pertentangan batin) yang jika tidak segera diselesaikan
dapat mengakibatkan frustasi dan ketidakseimbangan. Berdarkan kepada vector
yang saling bertentangan itu. Lewin membagi konflik dalam 3 jenis :
a)
Konflik mendekat-mendekat (Approach-Approach Conflict).
b)
Konflik menjauh-menjauh (Avoidance-Avoidance Conflict).
c)
Konflik mendekat-menjauh (Approach-Avoidance Conflict).
E. Behaviorisme
a.
Konsep Behaviorisme
Behaviorisme adalah
sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun
1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subyek tunggal
psikologi.
Aliran ini berpendapat
bahwa perilaku manusia sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan luar dan
rekayasa atau kondisioning terhadap manusia tersebut. Aliran ini mengangap
bahwa manusia adalah netral, baik atau buruk dari perilakunya ditentukan oleh
situasi dan perlakuan yang dialami oleh manusia tersebut. Pendapat ini
merupakan hasil dari eksperimen yang dilakukan oleh sejumlah penelitian tentang
perilaku binatang yang sebelumnya dikondisikan.
Aliran perilaku ini
memberikan kontribusi penting dengan ditemukannya asas-asas perubahan perilaku
yang banyak digunakan dalam bidang pendidikan, psikoterapi terutama dalam
metode modifikasi perilaku. Asas-asas dalam teori perilaku terangkum dalam
hukum penguatan atau law of enforcement, yakni :
a. ClassicalCondtioning
Suatu rangsang akan
menimbulkan pola reaksi tertentu apabila rangsang tersebut sering diberikan
bersamaan dengan rangsang lain yang secara alamiah menimbulkan pola reaksi
tersebut.
b. Law of Effect
Perilaku yang menimulkan
akibat-akibat yang memuaskan akan cenderung diulang, sebaliknya bila
akibat-akiat yang menyakitkan akan cenderung dihentikan.
c. Operant Conditioning
Suatu pola perilaku akan
menjadi mantap apabila dengan perilaku tersebut berhasil diperoleh hal-hal yang
dinginkan oleh pelaku.
d. Modelling
Munculnya perubahan
perilaku terjadi karena proses dan penaladanan terhadap perilaku orang lain
yang disenangi (model).
c. Tokoh – tokoh Behaviorisme
1.
John B. Watson
Watson berpendapat bahwa
introspeksi merupakan pendekatan yang tidak ada gunanya. Alasannya adalah jika
psikologi dianggap sebagai suatu ilmu, maka datanya harus dapat diamati dan
diukur.
Tiga prinsip dalam aliran behaviorisme:
1) menekankan respon terkondisi
sebagai elemen atau pembangun pelaku.
2) Perilaku adalah
dipelajari sebagai konsekuensi dari pengaruh lingkungan maka sesungguhnya
perilaku terbentuk karena dipelajari.
3) Memusatkan pada perilaku
hewan.
2.
B.F. Skinner
Skinner membuat 3 asumsi
dasar, yaitu:
1) Perilaku itu terjadi
menurut hukum (behavior can be controlled);
2) Skinner menekankan bahwa
perilaku dan kepribadian manusia tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme psikis
seperti Id atau Ego ;
3) Perilaku manusia tidak
ditentukan oleh pilihan individual.
3.
Edward Lee Thorndike (Connectionism )
Belajar merupakan
peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara stimulus dan respon.
Eksperimennya berupa kucing yang dimasukkan ke dalam sangkar tertutup yang
apabila pintunya dapata dibuka, secara otomatis knop di dalam sangkar menutup
untuk menguji teori trial and error. Ciri “ciri belajar Trial and Error adalah
adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap situasi, ada eliminasi terhadap
respon yang salah, ada kemajuan reaksi“ reaksi mencapai tujuan.
4. Albert Bandura ( Social Learning )
Teori Bandura memandang
perilaku individu tidak semata-semata refleks otomatis atas stimulus, melainkan
juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan
skema kognitif individu itu sendiri.
F. Humanistik
a. Konsep Humanistik
Humanisme adalah suatu
gerakan atau aliran yang bertujuan untuk menempatkan manusia pada posisi
kemanusiaan yang sebenarnya.
Perhatian Psikologi
Humanistik yang utama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu
dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan
kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
b. Ajaran-Ajaran Dasar Psikologi Humanistik
Teori kepribadian humanistik direpresentasikan oleh teori
kepribadian Maslow. Ajaran-ajaran yang disampaikannya antara
lain:
- Individu sebagai keseluruhan yang integral
- Ketidak relevanan penyelidikan dengan hewan
- Pembawa baik manusia
- Potensi kreatif manusia
- Penekanan pada kesehatan psikologis
c. Tokoh-Tokoh Humanistik
1. Combs
Combs dan kawan-kawan mengatakan
bahwa prilaku buruk itu seungguhnya tak lain hanyalah dari ketidakmauan
seseorang untuk tidak melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan bagi
dirinya. Apabila seorang guru mengeluh bahwa siswanya tidak mempunyai motivasi
untuk melakukan sesuatu, ini sesungguhnya berarti, bahwa siswa tidak mempunyai
motivasi untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh gurunya. Apabila guru memberikan aktifitas yang lain, mungkin
sekali siswa akan memberikan reaksi yang fositif.
2. Abrahama H. Maslov
Sebagian
besar dari teorinya yang penting didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri
manusia ada dua hal:
- Suatu usaha yang positif untuk berkembang,
- Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
3. Carl R. Rogers
Ia menunjukkan sejumlah
prinsif-prinsif belajar humanistik yang penting, di antaranya ialah:
1. Hasrat untuk belajar
2.
Belajar yang berarti
3.
Belajar tanpa ancaman
4.
Belajar atas inisiatif sendiri
5.
Belajar dan perubahan
Menurut rogers bahwa
belajar yang paling bermanfaat itu ialah belajar tentang proses belajar. Di
waktu lampau murid belajar mengenai fakta dan gagasan-gagasan yang statis.
Waktu itu dunia lambat berubah, dan apa yang dipelajari di sekolah sudah cukup
untuk memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan pada masa itu. Tapi sekarang dunia sudah berubah, ilmu pengetahuan
dan teknologi sudah sangat canggih. Apa yang dipelajari dimasa lampau tidaklah
cukup untuk membekali seseorang pada masa sekarang.
G. Kognitif
a.
Konsep kognitif
Psikologi kognitif
adalah kajian tentang bagaimana otak/ pikiran kita
bekerja,bagaimana kita berpikir, bagaimana kita mengingat dan akhirnya bagaimana kita belajar.
bekerja,bagaimana kita berpikir, bagaimana kita mengingat dan akhirnya bagaimana kita belajar.
b. Tokoh psikologi kognitif
Berikut tokoh yang mempengaruhi
adanya psikologi kognitif:
v Jean Piaget (1896-1980)
Piaget mengemukakan
tahap-tahap yang harus dilalui seorang anak dalam mencapai tingkatan
perkembangan proses berpikir formal. Teori ini tidak hanya diterima secara luas
dalam bidang psikologi tetapi juga sangat besar pengaruhnya di bidang
pendidikan.
Piaget
mempunyai teori disebut sebagai konsep keecerdasan. Baginya berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan
melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.
Teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui
tindakan yang termotifasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Dalam hal ini Piaget membagi skema
menjadi empat priode:
a. Periode sensorimotor
(usia 0–2 tahun)
b. Periode praoperasional
(usia 2–7 tahun)
c. Periode operasional
konkrit (usia 7–11 tahun)
d. Periode operasional
formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
c. Peran psikologi kognitif
Psikologi kognitif memiliki
peranan yang sangat penting bagi manusia, yaitu :
a. Sebagai proses mental
untuk mendapat pengetahuan yang berperan penting dalam study-study psikologi
manusia.
b. Pandangan psikologi
kognitif dapat digunakan pada proses-proses konseling dan bimbingan melalui
pendekatan dalam psikologi.
c. Melalui prinsip kognitif
seseorang dapat mengembangkan infor
d. masi yang didapat dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
H. Transpersonal
a. Pengertian Transpersonal
Dua unsur penting aliran
transpersonal adalah potensi luhur seperti keruhanian, pengalaman mistik dan
lain sebagainya. Unsur penting yang kedua adalah corak kesadaran yaitu memasuki
alam kebatinan, pengalih dimensi meditasi.
b. Konsep-Konsep Aliran Psikologi Transpersonal
1.
Pengalaman puncak
-
Merasa damai atau tenang
-
Merasa harmonis dan menyatu dengan alam
-
Memiliki pemahaman yang mendalam
2.
Transendensi diri
-
Mengacu pada pengalaman langsung akan sesuatu koneksi, harmoni atau
kesatuan yang mendasar dengan orang lain dan alam semesta
3.
Kesehatan jiwa optimal
-
Pemahaman dan pemenuhan diri
-
Mampu melakukan coping dengan baik
Referensi
Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia.
Posting Komentar