nurul wardah
        

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
tempat gerakan psikodinamika  dalam psikologi kontemporer adalah unik sekaligus paradikal. di satu sisi, psikodinamika merupakan sistem psikologi yang paling dikenal luas  meskipun tidak secara universal dipahami.
dalam buku seajarah dan sistem psikologi oleh James F. Brenan pada  tahun 2006, pendiri aliran psikodinamika tiak lain adalah Sigmun Freud, sudah pasti  merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal  di abad terakhir.
Psikodinamika jelas terkait dengan tradisi jerman yang menyatakan bahwa pikiran adalah entitas yang aktif, dinamis dan bergerak dengan sendirinya. Freud dididik dalam bidang sains, namun sistemnya tidak banyak menggunakan empirisisme sistematik.
sebagai dokter, Freud menggunakan kekuatan onservasinya yang cermat untuk mengembangkan sistemnya dalam rangka medis, mendasarkan teorinya pada berbagai studi kasus individual.

para Teoritis lain memodifikasi teori freud dan memasukkan pengaruh budaya (Jung) dan kebutuhan sosial ( Adler dan Horney). Selain itu, para cendikiawan juga mengintegrasikan model psikodinamika  dengan pendekatan lapangan (Sullivan) dan asumsi eksistensiam (Fromm).
meskipun dalam perkembangan selanjutnya banyak tokoh baru bermunculan sebagai tokoh psikodinamika, namun pembicaraan tentang psikodinamika akan gersang tanpa mengikutsertakan Freud, karena menurut Gunarsa,  Psikoanalisa adalah Freud dan Freud adalah Psikodinamika.
Teori Freud sebenarnya sangat kompleks sehingga teori itu tidak bisa semuanya dipaparkan disini. Namun, mengenal teori Freud tidak lengkap sebelum membahas konsep utamanya tentang jiwa atau yang populer dengan sebutan “struktur kepribadian”. Freud menyatakan bahwa kepribadian mempunyai tiga struktur: id, ego dan super ego.
Pada Bab 2 akan dijabarkan teori-teorinya serta bagaiaman penanganan kasus dengan pendekatan Psikodinamika tersebut.

1.2     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara penanganan kasus dengan pendekatan psikodinamika?
2.       Bagaimana penanganan Kasus?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kasus
Kesulitan penyesuaian diri (tertutup) mahasiswa RF, ia sekarang berusia 22 tahun, mahasiswa tingkat 5. Saat masih belajar di SMP ia bersifat terbuka, ramah  dan mudah dalam bergaul terhadap siapa pun. Bahkan sempat memiliki teman dekat  perempuan pacar. Namun, kepribadiannya berubah drastis setelah perempuan tersebut menjauh darinya atau putus. Ia menjadi orang yang tertutup terhadap siapapun termasuk terhadap orang tua dan gurunya. Bahkan didalam kelas ia selalu memilih duduk paling belakang dan selalu menutup wajahnya dengan topi. Ia juga sering bolos disekolah. 

2.2 Analisis Kasus
a. Teori Psikodinamika
    Sebagaimana diketahui, sigmund freud sebagai bapak dari pendekatan psikodinamika mengatakan bahwa jiwa individu diibaratkan sebagai gunung es. bagian yang muncul dipermukaan dari gunung es itu, bagian yang terkecil dari kejiwaan yang disebut sebagai bagian kesadaran (uncounsciousness). agak di bawah permukaan air adalah bagian yang disebut pra-kesadaran (subcounsciousness atauprecounsciousness ), dan bagian yang terbesar dari gunung es itu ada dibawah sekali dari permukaan air, dan ini merupakan alam ketidaksadaran(uncounsciousness).
Ketidak-sadaran ini berisi id, yaitu dorongan-dorongan primitif, belum dipengaruhi oleh kebudayaan atau peraturan-peraturan yang ada di lingkungan. dorongan-dorongan ini ingin muncul kepermukaan/ke kesadaran, sedangkan tempat di atas sangat terbatas. ego,yang menjadi pusat dari kesadaran,harus mengatur dorongan-dorongan mana yang boleh muncul dan mana yang tetap tinggal di ketidak-sadaran karena ketidak-sesuaiannya dengan superego, yaitu salah satu unit pribadi yang berisi norma-norma sosial atau peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan sekitar. jika ternyata ego menjadi tidak cukup kuat menahan desakan atau dorongan ini maka terjadilah kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan kejiwaan.
Neurosis adalah salah satu gangguan kejiwaan yang muncul sebagai akibat dari ketidak-mampuan ego menahan dorongan id. jadi, pada kasus RF, menurut pendekatan psikodinamika, berakar dari ketidakmampuan egonya untuk mengatasi dorongan-dorongan yang muncul dari dalam dirinya sehingga ia akan mengembangkan mekanisme pertahanan diri. mekanisme pertahanan diri ini sebenarnya upaya ego untuk menyalurkan dorongan dalam dirinya dan bisa tetap berhadapan dengan lingkungan. tetapi jika mekanisme pertahanan diri ini dipergunakan secara kaku, terus-menerus dan berkepanjangan maka hal ini dapat menimbulkan perilaku yang tidak adaptif dan tidak realistis seperti keinginan untuk bunuh diri dan perasaan takut gagal. RF hanya mempergunakan beberapa  diri yang cenderung bersifat negatif, yaitu:
1) represi (repression), yaitu upaya ego untuk menekan pengalaman yang tidak menyenangkan dan dirasakan mengancam ego masuk ketidaksadaran dan disimpan di sana agar tidak mengganggu ego lagi. tetapi sebenarnya pengalaman yang sudah disimpan itu masih punya pengaruh tidak langsung terhadap tingkah laku si individu. hal ini dilakukan dengan melakukan upaya bunuh diri.
2) regresi (regression), yaitu upaya ego untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman terhadap ego dengan menampilkan pikiran atau perilaku yang mundur kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah. hal ini dilakukan dengan dengan cara mengingat kembali masa sekolah di SMA.
3) menarik diri, reaksi ini merupakan respon yang umum dalam mengambil sikap. bila individu menarik diri, dia memilih untuk tidak mengambil tindakan apapun. biasanya respons ini disertai dengan depresi dan sikap apatis. hal ini ditunjukkan dengan duduk paling belakang dan jarang bergaul.
4) mengelak, bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak. bisa saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung. hal ini juga ditunjukkan dengan duduk paling belakang dan jarang bergaul.
Dan juga pada kasus RF, yang mana super egonya tidak berfungsi sebagai penengah antar id dan ego. Jadi dorongan-dorongan yang muncul dari id seperti rasa malu karena putus, trauma, menutup diri dan lain-lain, super ego tidak berfungsi sebagai penengah bahwa perilaku tersebut bukanlah perilaku yang baik, karena akan melanggar norma-norma atau nilai-nilai yang ada dalam masyarakat maupun agama.

2.3 Penanganan Kasus Menurut Pendekatan Psikodinamika
Gangguan ini berakar pada keadaan internal individu sehubungan dengan adanya konflik intrapsikis yang dialami RF sehingga ia mengembangkan suatu bentuk mekanisme pertahanan diri, maka upaya menanganinya juga terarah pada pemberian kesempatan bagi  RF untuk mengeluarkan seluruh isi pikiran atau perasaan yang muncul dalam dirinya. asumsinya adalah jika RF bisa menghadapi dan memahami konflik yang dialami, ego akan lebih bebas dan tidak harus terus berlindung di balik mekanisme pertahanan diri yang dikembangkannya. tehnik dasar yang digunakan disebut free association RF diminta untuk menjelaskan secara sederhana tentang hal-hal yang ada dalam pikirannya, tanpa melihat apakah itu logis atau tidak, tepat atau tidak, ataupun pantas atau tidak. hal-hal dari alam bawah sadar atau tidak sadar yang diungkapkan akan dicatat oleh terapis untuk diinterpretasikan.
Tekhnik ini juga bisa dimanfaatkan saat menggunakan tehnik dream interpretation  RF diminta untuk menceritakan mimpinya secara detail dan tepat. masing-masing tehnik ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing- masing. dalam melaksanakan tehnik- tehnik tersebut di atas, ada dua hal yang biasanya muncul, yaitu apa yang disebut denganresistance (yaitu individu bertahan atau beradu argumen dengan terapis saat terapis mulai sampai pada bagian yang sensitif), dan transference (yaitu individu mengalihkan perasaannya padaterapis dan menjadibergantung.



BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Jadi kasus pada Rf tersebut merupakan kasus yang sangat banyak dialami oleh anak remaja. dan pada kasus RF, perbahan sikap yang dilakukannya karena ketidak mampuan egonya untuk menahan dorongan-dorongan dari id yang menyebabkan ia membangun mekanisme pertahanan diri seperti sering mnggunakan topi, berusaha untuk tetap tampil dimuka umum meskipun sebenarnya ia malu dan tidak sanggup. serta terjadinya perilaku-perilaku negatif pada RF karena super ego nya yang tidak berfungsi sebagai penengah antara id dan ego. yang mana super Ego adalah nilai-nilai dan norma-norma. sehingga ia tidak tau bahwa perilaku yang ia lakukan merupakan perbuatan yang salah dan tidak sesuai dengaj nilai-nilai dan norma pad masyatakat.

3.2 Saran
Sebaiknya, teman-teman RF tidak mengucilnya, dan berusaha tetap bergaul dengan. Dekati dia dan beri masukan-masukan yang sifat nya membangun motivasinya. Jangan perlakukan dia berbeda dari sebelumnya. Dan untuk orang tua, sebaiknya selalu memperhatikan anaknya. jika ada perubahan sikap atau perilaku, tanyakan padanya permasalahan yang dialami. jadilah sahabat bagi anak. Dan jika perlu bawalah pada psikolog untuk menyelesaikan permasalahannya.


 Referensi

Drs. Mukhlis, M.Si dan Hirmaningsih, S.Psi. 2010. Teori-teori Psikologi Perkembangan. Pekanbaru: Psikologi Press.
Elfida, Diana. 2006. Buku Ajar Psikologi Klinis. Pekanbaru.

0 Responses

Posting Komentar